Mohon tunggu...
Nelfi Syafrina
Nelfi Syafrina Mohon Tunggu... -

Penulis.Guru ekskul menulis SDIT Al Muchtar Bekasi\r\nhttp://nelfisyafrina.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jingga Sang Guru Melukis

15 Juli 2013   20:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:30 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya Jingga Nayya Nasution, biasa dipanggil Jingga. Usianya sekarang 8 tahun. Dia bersekolah di SDN Cipayung 2 Depok. Awalnya saya mengenalnya dari obrolan via BBM dengan ibunya (Ade Nursaadah). Waktu itu sang Bunda iseng memposting tentang kegiatan anaknya Jingga yang sedang mengajar tema-temannya menggambar di sebuah grup Blackberry Messenger. Saat itu usia Jingga 7,5 tahun.

“Hah yang bener?” itulah pertanyaan yang terlontar dari mulut saya. Anak perempuan yang baru berusia 7 tahun sudah bisa ngajar? Masa sih? Saya penasaran sekaligus tergelitik ingin mengetahui lebih banyak tentang kegiatan Jingga ini. Pikir saya, mana ada anak perempuan seusia itu sudah terpikir untuk mengajar teman-temannya. Biasanya mereka masih asyik dengan mainan boneka atau masak-masakan. Sungguh saya ingin mengenal Jingga lebih banyak. Lalu cerita pun mengalir dari mulut sang Bunda.



Sang Bunda awalnya juga nggak percaya bahwa putri keduanya ini mempunyai ide berbagi ilmu menggambar pada teman-teman dekat rumahnya. Jingga memang suka melukis. Gadis kecil berambut keriting ini tanpa sepengetahuan sang Bunda membuat selebaran. Selebaran yang berisi pengumuman bahwa di rumahnya Perumahan Puri Pesona Cipayung, Depok, dibuka Sekolah Oren. Sekolah ini khusus untuk anak-anak berusia 4-6 tahun yang ingin belajar menggambar dan melukis. Sekolah tiap hari tanpa dipungut bayaran alias gratis. Perlengkapan gambar juga disediakan Jingga di rumah.

13737760021545601575
13737760021545601575


Selesai membuat selebaran, Jingga pun membagikan selebaran itu ke rumah-rumah tetangganya. Takdinyana, sorenya beberapa anak-anak tetangga mulai mengetuk pintu rumah Jingga. Terkejutlah sang Bunda begitu mengetahui niat anaknya. Walau kaget, tapi Bunda Jingga tentu saja senang dengan niat baik putri kecilnya ini.

Sejak saat itu hampir tiap hari Jingga kedatangan muridnya untuk belajar menggambar. Sekolah Oren mulai buka pukul 3.00 sore. Dengan senang hati Jingga berbagi ilmu menggambar pada teman-temannya. Sang Bunda sempat sangsi akan kesungguhan putrinya ini untuk mengajar. Tapi ternyata kekhawatirannya tidak beralasan. Jingga terus mengajar hingga beberapa bulan.

Jingga ternyata sangat menikmati mengajari teman-temannya menggambar dan melukis. Ada sekitar 6-8 anak yang menjadi muridnya. Dinda mengajarkan mereka bagai guru profesional. Karena melihat kesungguhan Jingga, teman-temannya pun akhirnya memberi semacam infak untuk jasa Jingga. Mereka meletakkan infak mereka berupa uang recehan dalam sebuah celengan. Sebenarnya Jingga sudah melarang.

Tapi akhirnya dia memutuskan mendiamkannya. Karena sebuah ide tiba-tiba melintas di kepalanya. Tiap minggu celengan itu dibuka Jingga, dan uangnya dibelikan makanan dan minuman untuk teman-temannya.

Hebatnya para ibu dari anak-anak yang jadi murid Jingga juga menyetujui kegiatan Jingga. Mereka mengantar anak-anak mereka yang rata-rata beusia 4-6 tahun itu ke rumah Jingga. Para ibu itu sabar menunggu anak mereka selesai belajar di luar rumah Jingga.

Sayangnya Jingga dan keluarganya harus pindah rumah karena suatu hal. Jadi saat ini impian Jingga membagi ilmu melukis dan menggambar pada teman-temannya terpaksa berhenti untuk sementara. Harapannya dia ingin menghidupkan kembali Sekolah Orennya. Gadis cilik ini ternyata tidak hanya bisa menggambar, dia juga bisa menulis. Novel pertamanya akan segera terbit dalam waktu dekat.

1373773427420878612
1373773427420878612


Ketika ditanya alasannya mengajari teman-temannya menggambar, beginilah jawabannya. “Aku ingin teman-temanku juga pintar menggambar seperti aku.”

Menurut Bunda Jingga, anaknya memang suka menggambar dan melukis dengan cat minyak sejak Jingga sekolah di Taman Kanak-kanak. Sebagai penghargaan bagi Jingga, Ade dan suaminya memajang hasil karya Jingga sebagai hiasan dinding rumah mereka.

1373773341745699653
1373773341745699653

Teruslah berkarya Jingga. Semoga akan banyak lagi Jingga-Jingga lain bermunculan setelah membaca kisahmu. Semoga suatu hari kamu jadi pelukis terkenal yang menginspirasi banyak orang. [Nelfi/ Foto, Dokumen Pribadi Jingga]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun