Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stay At Home Plus

26 Maret 2020   15:08 Diperbarui: 26 Maret 2020   15:20 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, setelah kita tahu kondisi kebanyakan orang dalam fase 14 hari stay at home ini, kita bisa memperkirakan bagaimana kondisi metabolisme masyarakat nantinya.

Over eating alias makan yang berlebihan akan menyebabkan sel tubuh kita sulit ber-respirasi dengan baik. Apalagi dengan makan dan minum yang mengandung karbo dan tinggi gula, menyebabkan cadangan lemak (glycogen) sebagai hasil glukosa yang secara konstan berlebih semakin bertumpuk dalam gudang-gudang tubuh kita (adipose tissue). Tinggal tunggu waktu gudang itu penuh dan giliran organ tubuh utama yang disalut lemak ex glukosa lebih sampai yang terparah insulin resistan alias Diabetes.

Apakah hanya makan karbo saja yang menghasilkan glukosa dalam darah? Tidak. Selain makanan, stress juga mempengaruhi metabolisme tubuh. Kenapa bisa? Bisa, karena saat tubuh stress, hormon kortisol akan muncul. Jika hormon kortisol muncul maka liver akan melakukan proses glukoneogenesis dan darah akan kebanjiran glukosa.

Glukosa sifatnya oxydative (membusukkan) dan inflamatif (meradang) hal ini mengganggu respirasi sel. Jika sel tubuh tidak bisa respirasi dengan baik, maka akan terjadi inflamasi dimana-mana. Seharusnya sel tubuh kita sendiri bisa mengatasi sel yang tidak sehat dengan proses autophagy atau phagy (untuk sel imun).

Autophagy adalah daur ulang sel yang terjadi ketika tidak ditemukan ada energi dalam tubuh yang disebabkan oleh puasa makan. Yang menjadi target autophagy adalah sel yang tidak efisien karena terjangkit virus, bakteri atau sel yang sudah tidak efisien.

Setelah selesainya proses autophagy atau phagy tadi, system imun kita akan meningkat. Kalau sel imun kita sudah melakukan perbaikan selnya, mereka akan berfungsi maksimal dalam merespon. Saat itu sel imun akan mampu mengenali mana sel-sel yang baik mana yang berbeda. System imun kita memiliki system tagging yang canggih sehingga segala sel-sel yang sudah tercemar atau rusak dengan mudah dihancurkan dan didaur ulang oleh tubuh. Virus boleh saja bermutasi sesuka mereka tapi kita punya sistem pertahanan yang canggih yang siap melawan virus setiap saat.

Tapi, autophagy dan phagy ini terhalang prosesnya karena tubuh kita kebanjiran makanan terus menerus. Jika diteruskan kondisi tersebut akan melemahkan sistem imun kita sendiri.

Alih-alih menjadi kuat setelah 14 hari stay at home, sebagian besar masyarakat malah jadi makin lemah daya tahan tubuhnya akibat pola makan yang berlebih itu. Jadi kita bisa menerka sendiri apakah anjuran 14 hari stay at home bisa efektif tanpa kesadaran masyarakat untuk melakukan autophagy.

Sangat naif jika kalangan nakes berpikir cukup 14 hari berdiam di rumah akan memberi dampak positif bagi pencegahan penularan baru. Saya justru merasa ngeri membayangkan apa yang terjadi jika sebagian besar orang dengan metabolisme yang semakin kacau kembali berbaur di masyarakat. Jangan sampai yang terjadi gelombang kedua Tsunami pandemi, bahkan lebih dahsyat lagi. Belum lagi potensi mutantnya virus yang memunculkan jenis virus baru tetap terbuka. Rumah sakit siap-siap kewalahan menangani gelombang besar pasien baru, para nakes semakin lelah dan semakin lemah sistem imun mereka sendiri. Bencana lagi.

Ayo Ubah Mindset.
Mindset kita harus diubah. Dokter dan nakes itu bukan frontliners, kita sendiri lah frontlinersnya. Kita yang terekspos virus, kita yang harusnya bertanggung jawab untuk kesehatan kita masing-masing. Kalau saya seorang dokter saya nggak mau disebut frontliners. Yang makan sembarangan masyarakat, yang sistem imunnya lemah masyarakat, kok saat terjangkit virus yang mematikan tinggal serahkan diri ke rumah sakit dan menulari para dokter dan nakes yang menolong mereka. Itu sama saja 'ngejorokin' nakes ke sumur penderitaan.

Mindset kita harus diubah bahwa selama stay at home kita wajib memperbaiki kesehatan kita masing-masing dan mengupayakan tubuh kita ber-autophagy. Gimana caranya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun