Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

If You're Not The One (7)

21 Januari 2019   16:40 Diperbarui: 21 Januari 2019   16:55 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pinterest

"Jadi, kamu mau berapa hari di sana? Waktu itu kamu bilang pengen seminggu, masih jadi?" Fira mengiyakan,

"Tapi kita jadi nggak bisa ketemu lama ya Ran, pasti aku bakal kangen sama kamu."

"Iya, masa baru pacaran satu hari udah mesti misah lama sih. Bisa-bisa aku nggak konsen kerja minggu ini. Aku pasti merasa kangen sama kamu tapi aku tahu kamu perlu istirahat.  Nggak apa-apa Fir, pergi deh satu minggu. Nikmati libur kamu nanti kalau kita ketemu lagi kamu sudah fresh. Paling-paling aku jadi tambah bingung ketemu kamu."

"Lho kenapa?" dia heran.

"Bingung nahan diri, karena kamu pasti makin cantik kalau fresh." Dia menyandarkan kepalanya kebahuku, aku cium rambutnya, harumnya membuatku semakin melambung.

Sesampainya di Bandara, aku memarkir mobil setelah sebelumnya menurunkan Fira di terminal keberangkatan. Dia menungguku di salah satu restoran yang ada di sana. Sebelum check in, kami menyempatkan mengobrol selama kurang lebih setengah jam. Aku sempat mencatat alamat dan nomor telepon vila Tante Wiwiek, adik Mamanya. Akhirnya dia mesti pergi, aku antar dia sampai ke pintu untuk check in dan meninggalkannya.

Senin, seperti biasa jalan macet di mana-mana. Aku merasakan kesepian, sempat terlintas bayangan Pipit dikepalaku, tetapi sekejap menghilang. Ternyata, Ibu mencoba menghubungi Pipit hari Minggu kemarin, dia meminta maaf kepada Ibu karena tidak mampu mempertahankan hubungan kami. Kelihatan sekali Ibu sangat terpukul setelah telepon itu, akhirnya Ibu menyadari memang kesalahan ada padaku, anaknya sendiri. Setelah telepon itu Ibu jadi semakin yakin bahwa Pipit memang tidak ada cacatnya. Duh, semakin rumit jadinya. aku jadi sedikit kuatir, akankah Ibu menerima Fira dan menyayangi dia seperti Ibu menyayangi Pipit. Apalagi kalau sampai dia beranggapan bahwa aku membiarkan Pipit memutuskan hubungan karena Fira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun