Mohon tunggu...
luna neks
luna neks Mohon Tunggu... -

segalanya akan di pertanggung jawabkan kelak!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bank Mandiri (Tak) Melayani Sepenuh Hati

4 Juli 2014   18:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:30 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan adik saya, beberapa hari lalu ke Bank Mandiri, guna mengganti Atm yang sudah kadualrsa. Karena adik saya sekalian menyetorkan uangnya ke teller, dia meminta saya untuk mengantre-kannya di CS. Sudah di isi semua formulir permintaan penggantian kartu ATM, tinggal menunggu antrian saja. Kebetulan antrian adik saya di teller juga tinggal satu orang saja.

Tiba giliran nomor antrian saya yang dipanggil. Kemudian saya duduk di tempat yang sudah disediakan, CS yang melayani saya adalah seorang bapak bertubuh besar dengan mata dan tangan masih bekerja di komputer. Saya bengong, sampai saya berinisiatif menanyakan, "saya harus ngapain nih?" Bapak CS yang melayani saya melihat sekilah ke arah saya dengan pandangan sinis, entahlah kenapa. Bapak CS nya menjawab sambil lalu, lalu berkata bahwa serahkan formulir dan semuanya. Saya menyerahkan form, buku tabungan, dan KTP adik saya. Saya melihat adik saya juga sudah di teller. Bapak CS memeriksa buku tabungan dll.

"Paspornya gak dibawa mba?" Katanya.

"Loh untuk apa, bukannya pakai KTP bisa?"

dengan ketus bapak CS menjawab, bahwa itu harus pakai paspor, karena dulu pembuatan rekeningnya pakai paspor. Saya terhenyak, bukan, bukan dari cara beliau melayani saya. Tapi, adik saya baru beberapa bulan kemarin buat paspor. Bapak CS ngotot kalau penggantian ATM ga bisa di proses, saya diam. Ga masalah kalau ga bisa di proses hari ini, toh besok besok masih bisa. Saya masih bilang ke bapaknya, masa iya itu paspor. Aneh bin Ajaib, adik saya sudah hampir empat tahunan punya rekening bank, tapi baru kemaren bikin paspor. Gak Nyambung!!!

"Bapak coba cek lagi, masa dia bikin (rekening) nya pakai paspor?" Kata saya.

"Loh, ATM ini bukan punya anda?" Bapaknya tambah ketus dan sinis bertanya. Saya menggeleng. 1. Karena dia sekalian ke teller biar gak antri lama, jadi dia menyuruh saya antri di CS dia yang ke teller. 2. Dia lebih memilih antre ke teller karena dia, adik saya yang baru punya KTP kemarin itu masih takut dan ga berani harus ke CS. 3. Karena dia juga pernah punya pengalaman buruk dengan CS. itulah kenapa adik saya menyuruh saya ke CS.

Bapaknya langsung marah, di ruangan bank mandiri yang kecil itu, marahnya mungkin cukup terdengar, karena beberapa orang menengok ke arah kami. Saya langsung ke arah teller yang kebetulan hanya beberapa langkah dari CS, adik saya juga sudah hampir selesai, saya hampiri adik saya, kalau memang saya dilarang keras menguruskan atm nya, kita tukeran tempat saja, pikir saya. Saya menggantikannya di depan teller dan adik saya ke arah CS dengan muka takutnya. Selesai diteller saya hampiri adik saya, ternyata berkasnya ditolak, dikembalikan. Adik saya bingung.

Kata adik saya, dia dulu membuka rekening dengan menggunakan Kartu Pelajar karena belum memiliki KTP. Kami di terima di teller sebelah bapaknya, dilayani oleh embak-embak cantik berjilbab biru. Selayaknya CS bank dengan ramahnya kami ditanya, (meskipun dia pasti sudah tahu tujuan kami) pertanyaan standard ala CS, "Ada yang bisa saya bantu mbak?" katanya dengan senyum.

Proses kami di CS sebelah hanya sebentar, setelah di cek, ternyata memang bukan paspor, mbak nya pun bilang ke bapak CS yang mungkin lebih senior darinya, "Bapak ini bukan paspor, tapi KTP" herannya bapaknya masih menyalahkan saya, menggerutu tidak jelas. Entahlah salah saya apa.

Tidak pantas sepertinya, seorang CS berlaku seperti itu, berbicara sinis dan tidak mengorhormati pelangganya. Tidak ramah, tidak meminta maaf, apalagi tersenyum.

Semoga ke depannya Bank Mandiri lebih bisa melayani dengan sepenuh hati.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun