Mohon tunggu...
Neiy Foenale
Neiy Foenale Mohon Tunggu... karyawan swasta -

just wanna care how to pleasant my God and my people around

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Utamakan Kepatuhan jika Ingin Selamat

7 Mei 2014   19:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:45 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

TInggal di kota besar memang punya keuntungan dan kerugian masing-masing. Keuntungannya tentunya dalam hal ketersediaan apapun di kota lebih mudah ketimbang di daerah. Kerugiannya, salah satunya harus siap untuk bergerak cepat jika tidak ingin tertinggal.

Pagi ini, cuaca di kota ini tidak terlalu panas, dan berangin, jadi sangat mendukung mood booster setiap orang yang beraktivitas di luar rumah. Jam delapan, keadaan jalan sudah ramai, klakson-klakson bunyi beriringan bahkan seolah saling berbalas. Sibuk sekali kelihatannya orang-orang yang sedang di jalan tadi.

kebanyakan bias dipastikan mengejar waktu untuk sampai ke tempat tujuan. Namun celakanya yang tinggal di kota ini, toleransi di jalan itu susah sekali untuk dilaksanakan. Semua orang pengen cepat, rambu pun terabaikan.

Apalagi di kota ini, meski belum pernah menjelajah dan melakukan survey di beberapa kota lain untuk perbandingan, saya yakin kota ini termasuk kota yang transportasi (kepatuhan berkendara) sangatlah buruk.

Baik sepeda motor, maupun angkutan umum dan mobil pribadi sama-sama ingin cepat. Dan sumpah serapah antar pengemudi pun sudah menjadi hal biasa terdengar telinga saat si pengendara satu merasa disalip oleh pengendara lain. Egoisme di jalanan itu tinggi sekali.

Okelah jika memang merasa itu hak si pengendara, tapi soal kepatuhan rambu pun menjadi hal yang sangat bernilai di kota ini. Sedikit sekali pengendara yang mau mematuhi peraturan rambu lalu lintas ini. Sepanjang tidak ada petugas dan tidak ada kenderaan yang melintas, meski posisi rambu sedang merah, banyak pengendara akan menerobosnya. Batas putih di aspal sekitar rambu untuk pembatas bolehnya kendaraan berada pun tak berarti apapun. Bahkan banyak tidak terlihat lagi di beberapa rambu batas putih itu sangkin seringnya menjadi persinggahan pengendara saat lampu merah.

Padahal apa yang dilakukan orang-orang yang tidak patuh ini sungguhlah beresiko kecelakaan. Seperti tadi pagi, saat rambu merah menyala, seorang pengendara motor memaksa untuk menerobos sampai akhirnya nyaris berbentrokan dengan pengendara dari seberang. Dan bukan segelintir saja yang mau melakukan aksi menantang maut seperti itu, banyak pengendara di kota ini begitu.

Entahlah, mengapa banyak yang tidak mau mematuhi peraturan yang jelas sekali dibentuk untuk kebaikan pribadinya sendiri dan juga bersama. Mungkin Peraturan dibuat untuk dilanggar sudah menjadi semboyan lain yang terpatri di benak banyak penduduk kota ini.

Itu masih seputar kepatuhan rambu, belum lagi menyangkut hak pejalan kaki. Akhh entahlah. Entah apa yang membuat manusia ini semakin hari semakin egois.

Manusia emang susah diatur.

Untungnya saya bidadari yahh..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun