Jakarta, Kompasiana.com - Drama terbaru berjudul "When the Phone Rings" tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan penonton dan kritikus, setelah menayangkan episode terakhir pada Sabtu (4/1/2025). Dalam  drama populer MBC itu yang diperankan oleh Chae Soo Bin sebagai (Hong Hee Joo) dan Yoo Yeon Seok sebagai (Baek Sa Eon) mendapatkan rating tertinggi selama penayangannya. Namun demikian, kontroversi muncul setelah beberapa pihak menilai bahwa drama ini memutarbalikkan fakta-fakta sejarah terkait konflik Palestina dan Israel. Dalam episode tersebut, ada adegan yang melibatkan konflik fiksi antara dua negara, "Paltima" dan "Izmael," yang diidentifikasi banyak penonton sebagai asumsi terhadap Palestina dan Israel.
Drama yang berjudul When the Phone Rings, memiliki alur cerita yang berfokus pada interaksi antara dua karakter dari latar belakang yang berbeda, melalui sebuah percakapan telepon mencoba mencari titik temu di tengah ketegangan yang ada. Namun, beberapa pengamat menilai bahwa drama ini secara implisit menyudutkan satu pihak dan mengabaikan sejarah yang lebih kompleks. Adegan yang menjadi sorotan tersebut diduga memiliki kaitan dengan konflik Palestina dan Israel. Banyak penonton merasa bahwa pesan yang disampaikan dalam episode tersebut kontroversial, mengingat topik yang sensitif.
Adegan yang dimaksud memperlihatkan karakter Na Yu Ri (diperankan oleh Jang Gyu Ri) yang melaporkan sebuah insiden tentang negara fiksi "Paltima" yang menyerang negara fiksi "Izmael" dan menyandera warga negara Korea yang diculik oleh militan bersenjata. Beberapa adegan memperlihatkan karakter Palestina yang digambarkan sebagai sosok yang lebih agresif dan ekstrem, sementara karakter Israel digambarkan lebih mencari perdamaian. Meskipun nama-nama tersebut terkesan fiksi, netizen dengan cepat menyadari bahwa itu merujuk pada Palestina dan Israel.
Adegan yang menggambarkan serangan udara yang dilakukan oleh Paltima di Izmael, Â menuai kritik karena dianggap memutarbalikkan fakta tentang konflik Palestina dan Israel. Kritik juga datang karena penggunaan penderitaan nyata rakyat Timur Tengah sebagai bagian dari alur cerita.
Kontroversi ini semakin memanas dengan munculnya klaim bahwa drama tersebut berpotensi memperburuk ketegangan antara kedua belah pihak, dengan menyebarkan narasi yang dapat memperburuk asumsi penonton dan memperdalam kebencian. Banyak penonton yang marah dengan adegan ini karena menganggapnya sebagai representasi yang tidak sensitif terhadap penderitaan yang tengah dialami oleh rakyat Palestina akibat genosida Israel. Gaza telah dibombardir selama lebih dari setahun, dengan berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh tentara Israel.
Akibatnya, penonton yang kurang memahami konteks politik dan sejarah yang lebih luas bisa saja menganggap bahwa gambaran ini adalah representasi yang akurat, padahal kenyataannya jauh lebih rumit dan melibatkan banyak faktor yang saling terkait. Banyak penonton merasa terganggu karena situasi Gaza, yang mengalami serangan udara brutal oleh Israel, dijadikan bahan cerita tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap korban. Sebagai reaksi, beberapa netizen menyerukan untuk memboikot drama tersebut.
Pihak produksi belum memberikan klarifikasi resmi mengenai maksud dari adegan tersebut, namun reaksi keras dari penggemar semakin meluas di dunia maya dan berbagai diskusi tentang dampak dari penyampaian isu tersebut dalam sebuah drama yang sejatinya mengangkat cerita percintaan. Beberapa pihak menuntut agar produksi semacam ini lebih berhati-hati dalam menggambarkan isu sensitif seperti Palestina dan Israel, untuk mencegah kesalahan informasi yang bisa memperburuk situasi yang sudah penuh dengan ketegangan.
Meski begitu, drama "When The Phone Rings" juga mendapat dukungan dari beberapa pihak yang berpendapat bahwa drama ini setidaknya mampu menggugah perhatian publik terhadap isu perdamaian dan pentingnya dialog antar berbagai pihak. Namun, perdebatan tentang apakah penyajian cerita dalam drama ini benar-benar objektif atau malah berpotensi memutarbalikkan fakta tetap menjadi topik utama di kalangan penonton.