Mohon tunggu...
Neisya Azzahra
Neisya Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

aku suka gambar :thumbsup:

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengertian Toleransi: Analisis Desa Buntu, Wonosobo

17 April 2024   09:33 Diperbarui: 17 April 2024   09:36 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Global Prestasi School

Saat tanggal 3 maret 2024 malam jam sembilan, siswa-siswa global prestasi berangkat dari sekolah dalam bis, dan mulai perjalanan mereka ke Desa Buntu di Wonosobo.Kita menuju Wonosobo ke desa buntu untuk melakukan kegiatan local immersion. Kegiatan local immersion memungkinkan kita untuk belajar lebih banyak tentang keanekaragaman di desa buntu. Kami tiba di desa buntu pada jam enam pagi tanggal 4 maret 2024. Saat sudah sampai, kita mulai naik ke atas arah basecamp. Hari-hari selanjutnya ada banyak kegiatan yang disediakan di dalam Desa buntu. Sehabis kita sudah selesai dengan kegiatan tersebut, kita diperbolehkan untuk beristirahat di rumah.

Dari tanggal 4-8 maret, kita melakukan macam-macam aktivitas seperti mengajar anak SD, jualan di bazaar, mengukur tinggi dan berat badan anak balita, dan banyak aktivitas yang asyik sepertinya. Selama kita di Desa buntu, kita belajar dengan beradaptasi ke lingkungan desanya, dan dikasihkan tugas dari guru kita untuk menganalisis, dan juga mempahami cara hidup penduduk di Desa buntu.

Toleransi di desa buntu sebenarnya sangat penting bagi penduduknya, penduduknya banyak yang semuanya berbeda agama, dan desanya menyediakan tempat keagamaan untuk masing-masing agama

Objektif pada hari pertama adalah interview dan pengenalan dengan penduduk Desa buntu, jadi kita bisa lebih mengerti kebudayaannya, dan sikap-sikap mereka di Desa buntu. Kita mulai dengan isitrahat di rumah masing-masing dengan orang tua asuh kita, yang kita harus interview, dan yang kita . Saat kita sudah selesai istirahat, aku mulai persiapan untuk interview dengan ayah asuh saya, Pak Tuwarno.


Pertama, saya tanya bagaimana hidup sehari-hari di Desa buntu. Dia menjawab sejak dia lahir tinggal di Desa buntu, jadi sudah lama terkenal dengan lingkungannya Desa buntu. Dia menjelaskan dari saat kecil, dia terus mencoba yang terbaik dalam perkerjaan, dan terus saling menghormati tetangga. Kemudian, saya tanya untuk kesan bapak terhadap desa buntu. Dia telah memberitahuku sejujurnya lebih ingin tinggal di kota daripada di dalam desa, tetapi dia tetap bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki. 

Pertanyaan saya selanjutnya adalah mengenai perayaan, saya bertanya apakah desa tersebut merayakan berbagai hari raya kepercayaan yang berbeda. pak tuwarno menceritakan ke saya bahwa desa ini memang banyak merayakan macam-macam karena banyak yang berbeda agama, dan perbedaan suku yang tinggal di Desa buntu. Contoh hari yang mereka merayakan adalah tahun baru cina. parade yang kita nonton pada hari itu sebenarnya adalah perayaan tahun baru cina.

Dari wawancara dengan pak tuwarno, saya memahami bahwa toleransi Desa buntu sangat tinggi, dan penting. Mereka menyambut baik setiap orang luar yang berkunjung, dan akan menerima sebagian besar orang yang mau tinggal di desa tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun