Pekerjaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi semakin populer akhir-akhir ini. Menurut data ILO (International Labour Organization), lebih dari 374 juta orang terluka, terluka atau sakit akibat kecelakaan kerja setiap tahunnya. Oleh karena itu, tugas K3 adalah menciptakan tempat kerja yang aman dan nyaman bagi karyawannya.
 Menurut orang awam yang tidak tahu mengenai tugas seorang K3, menganggap bahwa pekerjaan K3 hanya mengawasi dan makan gaji buta. Namun, setelah dipelajari lebih dalam pekerjaan ini tidak hanya melibatkan pengawasan, tetapi juga mencakup tugas-tugas yang komprehensif dan kompleks. Studi lapangan yang dilakukan di Kampus C Universitas Airlangga, observasi terhadap praktik K3, dan wawancara dengan ahli K3 memberikan gambaran mengenai kompleks dan beragamnya tugas dalam profesi ini.Â
 Budaya K3 merupakan landasan terpenting dalam penerapannya. Hal ini termasuk membiasakan mereka menggunakan alat pelindung diri (APD), melakukan inspeksi rutin, dan melakukan pelatihan seperti pengarahan keselamatan untuk memastikan semua pekerja memahami risiko yang akan terjadi. Kegiatan seperti diskusi keselamatan dan pertemuan mingguan juga merupakan cara efektif untuk menjaga komunikasi dan keterlibatan dengan K3 setempat.Â
 Salah satu fokus utama profesi K3 adalah pencegahan kecelakaan kerja. Dokumen seperti Analisis Keselamatan Kerja (JSA) dan izin kerja memungkinkan tindakan pencegahan dirancang dan dievaluasi secara sistematis. Selain itu, audit dan inspeksi rutin terhadap alat pemadam api ringan (APAR) dan peralatan keselamatan lainnya dilakukan untuk memastikan semuanya tetap dalam kondisi optimal. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan standar nasional dan internasional seperti ISO membuktikan bahwa K3 tidak hanya sekedar prosedur tetapi juga integrasinya ke dalam manajemen proyek secara keseluruhan.Â
 Pelaporan nihil kecelakaan adalah salah satu indikator utama keberhasilan penerapan K3. Laporan ini menunjukkan bahwa langkah-langkah pencegahan yang diterapkan berhasil menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi semua pihak yang terlibat. Keberhasilan ini tentu tidak lepas dari peran para ahli K3, yang memiliki kemampuan analisis risiko yang mendalam, serta keterampilan untuk berimprovisasi menghadapi tantangan yang muncul di lapangan. Selain itu, keahlian teknis yang solid juga menjadi kunci penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman. Kompetensi profesional dalam K3 juga mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi risiko, merencanakan langkah-langkah yang tepat, melakukan pemantauan dan evaluasi secara efektif, serta memberikan rekomendasi yang didasarkan pada data dan bukti yang ada.
 Pada akhirnya, keberhasilan seorang profesional K3 diukur tidak hanya dengan meminimalkan angka kecelakaan kerja, namun juga dengan menciptakan lingkungan kerja yang mengutamakan keselamatan. Profesi ini membutuhkan komitmen, kemampuan beradaptasi, dan keinginan untuk terus belajar untuk mencapai visi kita tentang pekerjaan yang aman dan sehat.
 Studi lapangan ini menunjukkan bahwa pekerjaan K3 bukanlah pekerjaan mudah. Mengingat kompleksitas tugasnya, para ahli K3 memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan antara keselamatan dan produktivitas di lapangan. Melalui tindakan yang konsisten dan terstruktur, kami menciptakan lingkungan kerja yang tidak hanya aman namun juga bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.
Penulis : Neisca Putri Via (432241100)Â
Daftar PustakaÂ
Saari, Desti Purnama, et al. "Dampak Pengetahuan, Sikap Dan Masa Kerja Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Di PT X Palembang Tahun 2024."Â JURNAL KESEHATAN TERAPAN, vol. 11, no. 2, 24 July 2024, pp. 148--155, ojs.ukb.ac.id/index.php/Jk/article/view/798, https://doi.org/10.54816/jk.v11i2.798. Accessed 22 Oct. 2024.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H