Mohon tunggu...
Negara KITA
Negara KITA Mohon Tunggu... Penulis - Keterangan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bio

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Gerakan "People Power" Gatot Nurmantyo

8 Mei 2019   14:50 Diperbarui: 8 Mei 2019   14:58 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gatot Nurmantyo [Foto: PUSPEN TNI/Kolonel Inf Bedali Harefa, S.H.]

Hasil quick count Pemilu nyatakan Paslon 01 unggul dari Paslon 02. Begitu juga hasil real count Situng KPU yang datanya telah masuk 71% turut nyatakan keunggulan Paslon 01 Jokowi-Ma'ruf Amin hingga memiliki selisih 13 jutaan suara. Perbedaan jutaan suara yang tidak memungkinkan untuk dicurangi tersebut tidak menyurutkan langkah dari simpatisan 02 untuk menarik dukungan massa lewat "people power" dan nyatakan kecurangan pihak 01. Mereka merasa ada kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif yang rugikan Paslon Prabowo-Sandiaga Uno.

Gerakan "people power" akan datang dari simpatisan pendukung 02. Salah satu simpatisan tersebut adalah Gatot Nurmantyo. Lantas apa motifnya? Gatot Nurmantyo adalah salah satu tokoh yang diundang hadir pada acara Pidato kebangsaan Prabowo di Jawa Timur 12 April yang lalu. Gatot masuk ke dalam daftar orang yang Prabowo perkenalkan untuk membantunya di pemerintahan jika pihaknya menang Pilpres 2019. Mantan Panglima TNI itu pun diberi kesempatan untuk berorasi.

Pria asal Tegal tersebut mengatakan lewat orasinya bahwa inti kekuatan nasional bangsa Indonesia adalah bersatunya TNI dan rakyat. Tetapi, ia merasa di pemerintahan saat ini anggaran untuk TNI sangat kritis. Gatot bahkan membanding-bandingkannya dengan institusi lain yang mendapatkan anggaran lebih besar. Gatot mendukung Prabowo yang ia rasa sevisi dalam meningkatkan anggaran TNI.  Ia memiliki ketidaksukaan akan kecilnya anggaran TNI di pemerintahan saat ini.

Pernah memiliki pengaruh saat menjadi Panglima TNI pula lah yang sangat memungkinkan Gatot menjadi salah satu motor penggerak People Power. Oleh karena itu, dalam menggalang massa maka ia akan mendapatkan bantuan dari beberapa anggota Purnawirawan TNI. Sebut saja Mayjen (Purn) Kivlan Zen. Sepak terjang Kivlan Zen dalam memprotes pemerintah sudah bukan rahasia lagi. Ia bahkan sosok dibalik ajakan untuk melakukan aksi unjuk rasa di Gedung KPU dan Bawaslu RI pada Kamis 9 Mei 2019. Unjuk rasa itu bertujuan menuntut penyelenggara Pemilu mendiskualifikasi Paslon 01. Kivlan tak akan sendiri. Kemungkinan ia akan didampingi Brigjen (Purn) Adityawarman Thaha yang sempat menjadi tersangka bersama Kivlan Zen karena kasus makar.

Lalu massa mana yang akan digerakkan oleh Gatot? Gatot diprediksi akan menggalang massa dari kalangan mahasiswa karena selepas tak lagi menjabat Panglima TNI, Gatot gencar menyambangi kampus-kampus dan membicarakan topik kebangsaan di hadapan mereka. Bahkan sempat ada simpatisan Gatot dari mahasiswa Yogyakarta yang menggelar deklarasi mendukung Gatot menjadi Capres tahun lalu. Berkeliling kampus memungkinkan juga bagi Gatot untuk bertemu para guru besar kampus dan menjadi modal baginya dalam menggalang massa "People Power".

Massa berikutnya yang menjadi target "People Power" adalah para pekerja yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). Pekerja tersebut masuk target karena Presiden KSPI Said Iqbal pernah diperkenalkan Prabowo untuk menjadi calon menteri di kabinetnya apabila menang nanti.

Terakhir adalah Majelis Rasulullah. Gatot pernah menghadiri tabligh akbar majelis Rasulullah bersama Sandiaga Uno. Di tabligh tersebut, Habib Nabil dari Majelis Rasulullah menyambut Gatot bukan sebagai Jenderal Purnawirawan, melainkan sebagai jenderalnya umat Islam.

Begitulah paparan dari pihak yang mungkin akan menjadi target massa dan yang akan membantu Gatot dalam menggerakkannya. Akan tetapi, ancaman "people power" yang mungkin akan digerakkan Gatot tidaklah rasional apabila kita melihat hasil dari KPU. Apabila terjadi kecurangan yang terstruktur dan masif, bagaimana mungkin selisih suara antara Jokowi dan Prabowo bisa mencapai 13 jutaan? Sungguh tidak masuk akal. Sehingga, apabila mereka melakukan "people power", bukankah berarti mereka sendiri yang melawan kehendak rakyat?

Sumber:
1. Tempo [Di Pidato Kebangsaan Prabowo, Gatot Nurmantyo Bicara Anggaran TNI]
2. Tribunnews [Beredar Ajakan Demo KPU yang Digagas Kivlan Zen, Moeldoko Sudah Mengingatkan]
3. Republika [Tak Lagi Panglima, Jenderal Gatot Keliling ke Kampus-Kampus]
4. Kompas [Saat Prabowo Perkenalkan Para Calon Menteri, dari AHY hingga Said Iqbal]
5. Detik [Di Tablig Akbar: Sandiaga Dipanggil Ustaz, Gatot Jenderal Umat Islam]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun