Bagi anda yang pernah melancong ke luar negeri, atau bahkan melihat film-film Hollywood maka akan sering melihat jalur kereta-kereta yang lalu lalang diisi banyak orang. Baik untuk bekerja ataupun mengunjungi kawasan tertentu di dalam kota tersebut. Uniknya, transportasi massal seperti itu ternyata telah ada semenjak 156 tahun lalu. Lantas bagaimana dengan Indonesia? Kita sepertinya patut berbangga hati karena akhirnya kita juga memiliki transportasi massal seperti negara-negara maju.
Tanggal 24 Maret 2019 menjadi momen bersejarah bagi dunia transportasi Indonesia. Pasalnya Presiden RI Joko Widodo telah meresmikan moda transportasi Moda Raya Terpadu (MRT) atau Mass Rapid Transit (MRT) yang pertama di Indonesia. Setelah tertunda selama 30 tahun, akhirnya Indonesia memiliki MRT yang biasa terlihat di luar negeri.Â
Pembangunan MRT Jakarta adalah keputusan berani dari Presiden Jokowi saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI. Beliau melihat bahwa Jakarta memiliki angka kemacetan yang parah.Â
Bayangkan saja, kemacetan Jakarta dan sekitarnya mampu merugikan negara hingga Rp 100 Triliun per tahun. Padahal perencanaan untuk menyediakan transportasi massal MRT telah ada sejak 1985. Selama 30 tahun MRT hanya menjadi wacana. Alasan dari gubernur Jakarta terdahulu adalah masalah untung-rugi.Â
Saat peletakan batu pertama pada Oktober 2013, Jokowi menanyakan ihwal mengapa selama 26 tahun, proyek MRT Jakarta belum juga terlaksana. Padahal yang namanya transportasi massal sudah pasti selalu mengalami kerugian. Apabila MRT Jakarta beroperasi, maka kerugiannya Rp 3 Triliun tiap tahunnya. Sedangkan APBD DKI tahun 2013 itu adalah Rp 73 Triliun. Akan tetapi, secara makro, hitung-hitungan negara tetap mengalami keuntungan Rp 65 Triliun.Â
Peresmian jalur MRT pada 24 Maret yang lalu tersebut merupakan fase pertama yang menghubungkan Lebak Bulus -- Bundaran HI. Proyek MRT sendiri memiliki panjang total 231 km melewati wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pemerintah meyakini jalur MRT tersebut dapat emnguntungkan secara makro. Sehingga persepsi akan pembangunan infrastruktur MRT merugikan, akan tergantikan. Karena pembangunan infrastruktur terbukti memiliki multiplier effect bagi perekonomian bangsa dan negara, baik masyarakat pemerintah pusat maupun daerah.Â
Presiden Jokowi mampu menjadi trigger. Beliau mau memulai kerja pembangunan MRT yang selama ini tersendat-sendat karena pertimbangan untung-rugi. Padahal kerugian tersebut dapat tertutup dengan multiplier effect yang akan muncul akibat adanya MRT. Keberanian Jokowi patut mendapatkan apresiasi, karena pada akhirnya Indonesia memiliki moda transportasi seperti di luar negeri yang mampu mengurai kemacetan Jakarta.Â
Sumber:
1. Kompas [Keputusan Politik Berani Jokowi, Antar Jakarta Punya MRT]
2. Detik Finance [Sejarah MRT Jakarta: Digagas 1985, Diresmikan 2019]