Impor seakan-akan menjadi momok yang menakutkan bagi bangsa Indonesia. Keinginan agar mampu memenuhi kebutuhan sendiri memberi kesan bahwa impor adalah sesuatu yang jahat. Impor dianggap sebagai suatu kegagalan suatu negara dalam mengelola pangan.
Sehingga menyetop impor menjadi bahan politik yang klise tapi masih menjadi pilihan untuk menarik pilihan rakyat. Salah satunya yang saat ini dilakukan oleh kubu oposisi Prabowo Subianto.Â
Saat debat, Prabowo mengatakan tidak akan impor dari negara apapun apabila ia terpilih menjadi presiden Indonesia. Sudah barang tentu rakyat akan tergugah emosi dan harapannya dengan janji tak impor Prabowo.
Bahkan ia bertanya di debat capres putaran kedua. Ia mempertanyakan kebijakan impor beras di saat terjadi surplus. Capres Nomor Urut 01 Joko Widodo secara gamblang memaparkan bahwa impor tersebut diperlukan.Â
Negara kita yang termasuk ke dalam ring of fire rentan akan bencana seperti Tsunami dan gempa bumi. Belum lagi cuaca yang tak menentu serta serangan hama mampu membuat pertanian Indonesia gagal panen.Â
Apabila seorang Prabowo benar akan melakukan terobosan untuk tidak mengimpor pangan, maka sebaiknya ia memaparkan strategi konkrit dalam melaksanakannya.Â
Namun apabila Prabowo memaksakan tidak impor tanpa rencana kebijakan yang jelas, maka ia justru akan mengorbankan rakyat. Apabila realitanya nanti banyak terjadi gagal panen dan swasembada pangan gagal terwujud, maka Prabowo dapat dibilang sebagai orang yang tidak pro terhadap ketahanan pangan.Â
Logika dari Presiden Joko Widodo adalah impor tersebut untuk ketahanan pangan. Ia peduli pada stabilitas harga dan ketersediaan pangan untuk rakyat. Atau akankah anda memilih presiden yang anti impor, tidak mempedulikan ketahanan pangan? Saya pribadi tidak ingin harga pangan tidak stabil dan rakyat kekurangan makanan.Â
- Sumber
- 1. IDN Times [INDEF: Prabowo Tidak akan Impor, Secara Teori Ekonomi Susah Diwujudkan]
- 2. Tribunnews [Mengapa Tetap Impor Meski Stok Cadangan Beras Surplus? Ini Penjelasan Jokowi]Â
- 3. CNBC Indonesia [Prabowo: Jangan Bicara Industri 4.0 Sebelum Swasembada Pangan]Â