Alaska memasuki lorong menuju kelas dengan langkah gontai, pikirannya kini sedang kalut. Marah, kesal, sedih, takut semua bercampur aduk mengacaukan pikirannya. Alaska bingung bagaimana ia harus bersikap jika berpapasan dengannya.
"Zyva -nya .."
Sapaan itu menggantung di udara. Tanpa saut ia berlalu begitu saja dihadapannya bak dua orang asing yang tak pernah saling kenal.
Tunggu, apa Alaska baru saja diabaikan oleh kekasihnya? Bukankah Zyvanya yang ia kenal adalah wanita yang naif dan lugu. Tapi apa ini? Zyvanya baru saja mengabaikannya? Apa karena kejadian tersebut?
Zyvanya menghela nafas, selalu saja seperti ini. Ia jadi merasa paling buruk dengan mengabaikannya, tetapi ia juga masih sakit hati dan tidak terima.
Haruskah ia mendengarkan penjelasan Alaska? Tapi apa pedulinya, Alaska dengan mudah melukai perasannya, walau bukan sepenuhnya salah Alaska tetapi tetap saja.
.
.
"Ohoo apa kalian tidak tahu malu? Saling berpeluk erat di pinggir jalan? Sungguh memalukan"
Â
"Zyvaa i-inii tidak seperti yang kau lihat" saut Alaska panik
Â
"Oh benarkah Alaska? Apa berarti aku melewatkan sesuatu?"
Â
"Bu-bukan begitu maksudkuu .."
Â
"Sudahlah Alaska, setidaknya jika kau ingin berpelukan bersama Adeeva bilang saja padaku .. mungkin aku akan membantumu .. benar begitu kan Adeeva?" tanya Zyva sinis pada Adeeva yang menatapnya remeh.
Â
"Kalian memang benar-benar menyedihkan" lanjut Zyva seraya jalan menjauh dari keduanya
.
.
Setelah insiden itu hari-hari Zyva menjadi lebih membosankan. Bagaimana tidak? Alaska tiap harinya selalu mengganggu Zyva untuk mendapatkan maaf darinya. Seperti sekarang ini, Alaska terus saja mengikutinya dan berulang mengucapkan maaf.
"Zyvaa, tunggu .. dengarkan aku tolong"
"5 menit"
"Apaa?"
"Waktumu untuk menjelaskan 5 menit. Cepatlah, ada hal lain yang lebih penting yang harus aku urus"
"Oke, baik. Dengarkan, Zyva yang kau lihat hari itu memang benar, aku tak menyangkalnya. Namun, itu semua bukan kemauanku, aku tak sengaja. Aku sedang menunggumu untuk pulang bersama, tapi aku tak tahu mengapa Adeeva tiba-tiba menarikku dan memelukku erat seperti itu"
"Apa kau sedang tak sehat saat itu?"
"A-apa ..?"
"Kutanya apa kau sedang tak sehat saat itu?!" gertak Zyva yang sudah jengah dengan berbagai alasan yang diutarakan Alaska.
"Tapi seperti yang kulihat sekarang, kau baik-baik saja. Tidak ada alasan bukan untuk menolaknya. Dan apa itu? Bukan kemauanmu? Yang benar saja Alaska, kau pikir aku tak bisa lihat kau mengusap surai si wanita itu dibubuhi dengan rayuan gombalmu. Cukup, waktumu habis aku akan pergi sekarang. Dan satu lagi, kita selesai. Berbahagialah dengannya -"
" -walau tak mungkin" lirih Zyva yang kemungkinan tak didengar Alaska.
Lagipula, siapa yang tak kenal dengan tabiat Adeeva. Semua orang pun tahu bagaimana ia bersikap seperti perayu ulung. Menganggu hubungan orang, itulah hobinya.
Tapi apa dikiranya Zyva akan menerima begitu saja? Tentu tidak, dia memang sudah usai dengan Alaska, tapi bukan berarti Adeeva akan lolos begitu saja dari Zyva.
Sekarang tujuan Zyva hanya satu. Menemui wanita ular itu, dan tidak mungkin bukan jika dia hanya cuma-cuma menemui wanita itu. Lihat saja apa yang akan dilakukan Zyva.
"Ohh .. lihatlah sepasang kekasih yang sedang kasmaran ini. Adeeva dengan Garenka yaa? Tidak ada yang salah kok, tetapi Adeeva bukankah kau beberapa hari lalu bermesraan juga dengan keka -ah mantan kekasihku bukan? Apa kau sekarang mendapatkan mangsa baru?" tanya Zyva dengan nada mencemooh.
"Alaska maksudmu? Ah .. aku hanya bermain sedikit saja dengannya, lagipula he's not my type. So .. ambil saja lagi keka -oh maaf sudah jadi mantan ya? pfftt .." jawab Adeeva dengan nada menjengkelkan.
"Tenang saja, aku tak akan kembali dengan Alaska. Jaga-jaga jika kau ingin kembali dengannya, maka aku tak harus repot-repot berurusan denganmu lagi. Lagipula aku hanya ingin mengucapkan selamat padamu sudah menemukan mangsa, ah kekasih maksudku."
"Apa maumu?!" teriak Adeeva yang sudah kesal dengan perkataan Zyva.
"Wow, calm dude. Mauku ya? Tak ada, by the way kau memang hebat Adeeva, baru beberapa hari kau mengangguku dengan Alaska sekarang kau sudah dengan Garenka. Waah kau ini memang sangat laku yaa, oh tunggu. Laku atau kelewat murah? hahaha sepertinya kau tak ada bedanya dengan barang flash sale yaaa." tawa Zyva yang tak habis pikir dengan sikap wanita itu.
"Arghh .. Â lihat saja kau nanti!" teriak Adeeva dengan nada frustasi.
"Yayaya, lakukanlah apa yang kau inginkan. Aku harus pergi secepatnya jika ingin dapat flash sale yang kelewat laku itu, ups!"
Jangan tanyakan keadaan Adeeva sekarang, dia sangat emosi dipermainkan oleh Zyva di depan kekasih barunya. Ia takut nanti Garenka meninggalkannya karena ini. Dia sudah cukup jatuh hati dengan Garenka dan kali ini ia bersungguh-sungguh.
Setelahnya Zyva berlalu melanjutkan langkahnya. Ia cukup lelah untuk hari ini, rasanya ia ingin segera mengistirahatkan tubuh dan pikirannya sesampai di condominiumnya. Biarkan nanti ia memikirkan apa yang harus dilakukan untuk membuat Adeeva jera. Setidaknya untuk saat ini ia sudah puas melihat Adeeva yang biasanya selalu membuat jengkel lawan bicaranya, kini ia menghadapi situasi yang berkebalikan.
Beberapa minggu kemudian terdengar desas-desus pasangan fenomenal. Tentu saja isu ini tak luput dari pendengaran Adeeva. Ia langsung mengecek handphonenya saat sebuah notifikasi pesan masuk. Dari nomor tak dikenal, dan sebuah pesan gambar. Setelahnya ia langsung mencari Zyva untuk menuntut penjelasan.
"Zyva. Jelaskan apa ini!" sungut Adeeva sambil menampilkan layar handphonenya, terlihat jelas sebuah foto yang sedang ramai diperbincangkan.
"Apa lagi? Tentu saja itu foto dua orang berkencan" jawab acuh Zyva tak peduli.
"Aku juga tahu sial! Tapi apa-apaan kau berkencan dengan Garenka?!" teriak emosi Adeeva.
"Oh apakah kau kini marah? Bukankah selama ini kau hanya bermain-main dengan semua lelaki disini? Waah Adeeva kita ini sudah menemukan pujaan hatinya yaa. Sungguh mengejutkan, tetapi aku cukup terkesan"
"Sialan kau!" geram Adeeva.
Dengan cekatan Zyva menahan tangan itu yang hendak mengenai pipinya. Jangan pikir Zyva wanita lemah yang diam saja saat akan disakiti. Mereka itu setara, bahkan jika Adeeva anak pejabat sekalipun ia tak takut untuk melawannya kembali. Jika Adeeva menyakitinya secara fisik maka ia pun bisa bertindak sedemikian rupa. Sama seperti sakit hati dibalas dengan sakit hati, sepadan bukan?
"Dengar Adeeva, tak bisakah kau sadar atas perlakuanmu? Tak bisakah kau buka matamu untuk melihat sekelilingmu yang tersakiti karena ulahmu? Jika orang lain akan diam saja saat diperlakukan begitu, tidak denganku. Aku sudah jengah! Bahkan kuyakin kau tak ingat dengan Bilan."
"Bi-bilan?"
"Wanita yang kau rebut tunangannya. Apa kau tahu kondisinya setelah itu?! Apa kau tahu akibat perbuatanmu saat itu?!" teriak Zyva melampiaskan amarahnya.
"Tu-tunangan katamu?" tanya lirih Adeeva
"Yaa, mereka sudah tunangan dan beberapa hari akan melangsungkan pernikahannya. Dan kau malah merusak hubungan keduanya. Bilan melihat kalian saling berpegang tangan dan menyatakan saling suka. Dan kau tahu setelahnya? Kakakku meninggal sialan! Dia bunuh diri karena sakit hati dan frustasi dikhianati oleh kekasih dan adik tingkat kesayangannya. Apa kau pernah berpikir akibatnya?!" teriak Zyva diselingi isak tangis mengingat kisah tragis kakaknya yang harus berakhir karena wanita ular satu ini.
Tak ada jawaban yang didengar dari Adeeva. Ia hanya diam menerawang kejadiaan saat itu. Dimana ia masih mahasiswa baru yang telat masuk saat masa orientasi. Namun ia dibantu dan diperbolehkan masuk oleh kakak tingkat. Bilan namanya, sekretaris panitia masa orientasi saat itu.
Setelahnya, mereka menjadi cukup akrab sampai Bilan menjelang lulus. Bilan adalah kakak tingkat yang baik dan tak mengenal senioritas. Adeeva jadi mengenal teman-teman Bilan, tak terkecuali Alvero. Adeeva cukup memperhatikan kakak tingkatnya yang satu itu, walau ia tahu Alvero adalah tunangan dari Bilan, kakak tingkatnya yang sangat baik padanya selama ini.
Dan pada suatu hari Adeeva sukses membuat hubungan keduanya kandas. Setelah insiden itu, tak terdengar lagi kabar Bilan. Ia menghilang begitu saja tanpa jejak. Adeeva tak pernah mengira bahwa kakak tingkatnya yang selama ini selalu membantunya berakhir dengan bunuh diri karenanya.
"Ma-maaf Zyva. Aku tak tahu dia kakakmu, aku tak tahu bahwa ia sudah .. " isak Adeeva.
"Apa sekarang kau sudah sadar perbuatanmu? Cobalah berubah walau sulit Adeeva. Aku tak mau ada korban lainnya seperti aku atau kakakku" lirih Zyva meninggalkan Adeeva yang menangis menyesal dengan perbuatannya selama ini.
Setelahnya, ia menemui Garenka dan berterimakasih sudah membantunya. Sekedar informasi, Garenka dan Adeeva sudah usai beberapa hari setelah kejadian Zyva mempermalukan Adeeva. Garenka juga lelah dengan sikap Adeeva yang selalu seenaknya saja dan memanfaatkannya, jadilah mereka saling membantu untuk membuat Adeeva jera.
Dan seperti yang kita lihat, sepertinya Adeeva sudah sadar atas perbuatannya. Tak apa jika dulu Zyva dan kakaknya yang menjadi korban, setidaknya tak ada korban lain yang akan tersakiti lagi.
Lagipula Zyva dan Garenka tak benar-benar berkencan, mereka hanya bersandiwara untuk membuat skenario ini berjalan lancar. Itu menurut Zyva, bagaimana dengan Garenka? Entahlah, tak ada yang tahu bagaimana Garenka menganggap skenario kencan mereka.
Perasaan bisa saja muncul sewaktu-waktu, bukan? Apalagi dua orang yang telah melalui banyak hal bersama.
fin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H