Setelah insiden itu hari-hari Zyva menjadi lebih membosankan. Bagaimana tidak? Alaska tiap harinya selalu mengganggu Zyva untuk mendapatkan maaf darinya. Seperti sekarang ini, Alaska terus saja mengikutinya dan berulang mengucapkan maaf.
"Zyvaa, tunggu .. dengarkan aku tolong"
"5 menit"
"Apaa?"
"Waktumu untuk menjelaskan 5 menit. Cepatlah, ada hal lain yang lebih penting yang harus aku urus"
"Oke, baik. Dengarkan, Zyva yang kau lihat hari itu memang benar, aku tak menyangkalnya. Namun, itu semua bukan kemauanku, aku tak sengaja. Aku sedang menunggumu untuk pulang bersama, tapi aku tak tahu mengapa Adeeva tiba-tiba menarikku dan memelukku erat seperti itu"
"Apa kau sedang tak sehat saat itu?"
"A-apa ..?"
"Kutanya apa kau sedang tak sehat saat itu?!" gertak Zyva yang sudah jengah dengan berbagai alasan yang diutarakan Alaska.
"Tapi seperti yang kulihat sekarang, kau baik-baik saja. Tidak ada alasan bukan untuk menolaknya. Dan apa itu? Bukan kemauanmu? Yang benar saja Alaska, kau pikir aku tak bisa lihat kau mengusap surai si wanita itu dibubuhi dengan rayuan gombalmu. Cukup, waktumu habis aku akan pergi sekarang. Dan satu lagi, kita selesai. Berbahagialah dengannya -"
" -walau tak mungkin" lirih Zyva yang kemungkinan tak didengar Alaska.