Entitas zaman tak henti berganti dan berfluktuasi. Berotasi dan berevolusi sembari berkembang, bahkan kontradiksi. Perkembangan sains dan teknologi tanpa spiritualitas mumpuni berpotensi menggerus peradaban manusia.
Manusia terkooptasi dalam ritme ruang dan waktu yang selalu mengalami transisi dan disrupsi. Nilai-nilai kehilangan substansi menjadi aksidensial dunia semata. Dunia membuai manusia, lalai dalam denyut maya yang terkadang dengan kompatibilitas hampa.
Kehampaan niscaya dunia, seperti bunga mekar semerbak wangi, kemudian layu, muram dan kusam. Ada berubah menjadi tiada tak ubahnya fatamorgana. Fatamorgana, mengubah sensasi seolah-olah sejati. Hanya ulil albab dengan hidayah Rabbi sejahtera dari ghaflah khayali yang utopia.
Rasulullah, Muhammad SAW; role model, uswah hasanah menatap ghurur dunia. Nabi Muhammad SAW, suri tauladan sempurna semua aspek kehidupan; politik, kepemimpinan, pendidikan, dan seluruh dimensi lainnya. Risalah nubuwwah (profetik) menabur benih inklusivisme, egaliter, empati dan toleransi dalam kehidupan. Politik profetik menepis utopia politik, pendidikan dan kepemimpinan para utopis.
Politik profetik, berparadigma idealis dan humanis tidak pragmatis, bercirikan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Pendidikan profetik berorientasi kebenaran, kesantunan, dan ketakwaan berkarakter liberasi, membebaskan manusia dari belenggu kejahilan, egosentris dan tirani. Kepemimpinan profetik bertumpu transendensi menuju fitrah manusia rahmatan lil alamin. Aamin. Wallahua'lam
#NGz #NGzLine
Panggoi, 21 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H