Mohon tunggu...
Neeza GazaLi
Neeza GazaLi Mohon Tunggu... Lainnya - Creative Thinker

Ma Da Ma Da Ne

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hakiki dan Nisbi

5 Desember 2024   00:24 Diperbarui: 5 Desember 2024   01:09 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi Aceh - Photo credit: IG Neeza GazaLi

Fenomena alam berjalan sesuai dengan tadbir dan ketentuan Allah SWT. Hukum alam tidaklah independent tanpa relasi, ia senantiasa relevan dengan masyi'ah, qudrah dan iradah Allah SWT.Berbagai peristiwa menimbulkan penalaran dan asumsi serta dielaborasi menjadi paradigma. Pada sebahagian, sesuatu dideskripsikan biasa tapi ternyata luar biasa; serta yang luar biasa tapi sebenarnya adalah biasa.

Biasa didefinisikan sebagai kejadian yang berlaku lumrah serta menjadi kebiasaan. Biasa merupakan konsekuensi logis dan kenyataan linear serta amrun thabi'i yang mengandung realitas konvensional. Luar biasa adalah peristiwa yang berlaku menyelisihi adat dan kelaziman. Luar biasa mengandung makna istimewa dan berkonotasi "lebih" serta dengan tendensi melampaui kausalitas.

Demikian, frasa 'biasa' dan klausa 'luar biasa' jamak dipakai untuk menarasikan berbagai perkara. Relativitas kerap ditemui dengan aspek berlainan dan pendapat berbeda yang merupakan keniscayaan dunia. Tidak jarang bahkan kebenaran dan kebatilan memasuki wilayah nisbi sehingga bercampur dan tertukar secara tak terperi. Kebenaran dan kebatilan didefinisikan dengan cara keliru sehingga salah kaprah dan palsu.

Dhahir dan syar'i bisa dilakonkan dengan skenario dan sandiwara. Bicara memuja Allah sejatinya ia memuja nafsu; kelakuannya adalah ibadah sebenarnya ia menyembah syahwat; amalan seperti ahli sufi tapi batinnya buas bak serigala.

Dimensi bathin dan hakiki adalah perkara hati yang mengandung kebenaran sejati, tak bisa direkayasa dan dipungkiri. Hakikat adalah kebenaran dalam qalbu tempat pandangan dan penilaian Allah SWT. Hakikat merupakan tempat ahlul hakikah dan kediaman para ahlul bashirah.

Penilaian dhahir berbeda dengan bathin, perspektif syar'i tak sama dengan hakiki, begitu juga pandangan Allah SWT tidak serupa dengan manusia. Nur Ilmu dan kilau hidayah membimbing pada kebiasaan dan fitrah, menuju cahaya kebenaran serta menanggalkan kegelapan kebatilan. Oleh karena itu, Khittah kebenaran, arti kepalsuan, tabiat kebiasaan dan makna istimewa yang luar biasa terdistribusi jelas n terdiseminasi tegas. 

Wallahu a'lam.
- NGz -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun