Syahadah hanya dengan hati yang dilimpahi Nur Ilahi oleh Allah SWT. Nur Ilahi mengikis "ghaflah" duniawi yang semakin tebal menggenangi hati. Hati dibimbing "bashirah" dalam menjalani semesta hidayah sepanjang masa.
Semesta, makhluk dan seluruh dalam alam mayapada hakikatnya gelap gulita, hanya terang majazi yang metafora dan tidak sebenarnya. Sekedar tamsil allegori dan simbolistik dipenuhi "ghurur" semata. Hati bersih "hudhur" berseri pada Hadhirat-Nya penunjuk kepada cahaya.
Hamba dengan mata hati, melihat dunia nihil tak berharga, tidak punya kekuatan memberi "bekas," efek dan pengaruh apapun. Api tak membakar, air tak membasuh, es tak mendinginkan, hanya dengan Iradah Allah SWT segala sebab melanjutkan konsekuensinya.
Konsekuensi berserta kausalitasnya, awan gemawan yang menghias dan membekasi dunia. Materialis-empiris, terdindingi oleh ornamen yang tidak otentik, terbekas fatamorgana. Spiritualis-esoteris, menyaksikan kewujudan Allah SWT dalam kenafian maujud alam yang tidak nyata.
Syahadah hati menerangi mata hati dengan "nur syahadah." Menyingkap kedekatan Allah SWT dengan "ainul yaqin" yang senantiasa "ma-iyah" dan "ihathah." Menyaksikan Allah SWT dalam segala hal-ihwal dengan rasa "dzauqiah" hati yang "laa sautin wa laa harfun" dengan ma'rifah. Insya Allah. Aamiin
Wallahu'alamÂ
#NGz
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H