Mohon tunggu...
Neeza GazaLi
Neeza GazaLi Mohon Tunggu... Lainnya - La NEEZA Batik

Ma Da Ma Da Ne

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

MENYINTAS WAKTU

7 Desember 2023   22:59 Diperbarui: 20 Desember 2023   15:57 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua fenomena terjadi menurut momen tertentu dalam waktu. Waktu bergilir, mengalir berubah secara temporal, linear dan circular. Realitas universal waktu relatif menurut nalar dan spasial.  

Spasial; bentuk metafora waktu yang terkadang abstrak dan absurd. Absurd, bagian integral kehidupan, yang kaya hikmah dan inspirasi. Absurd, ketika kontradiksi rasional pada entitas abstrak dan realitas konkret sulit terdefinisi. Absurditas; tentang konfrontasi nalar mencari kepastian dan jawaban dalam kemusykilan waktu.

Waktu berjalan membisu dan kadang asimetri. Membawa pergi, tanpa terasa kehadirannya dan senyap tak diketahui. Waktu berkembang, bersambung, berulang dan berubah dalam dimensi dan lateralisasi. Waktu adalah modal manusia, yang jika telah pergi tak akan kembali. Terkadang, waktu  dapat ditakar secara Ta'aqquli atau diterima sebagai Ta'abbudi.

Allah SWT menyatakan kehidupan manusia ialah Waktu-waktu. Surat Al-Ashr mengingatkan, waktu nikmat agung yang harus bermanfaat, tidak stereotip dan sia-sia. Imam Ath-Thabari menyebutkan, membaca surah Al-Ashr adalah sebuah rutinitas para sahabat ketika mereka bertemu. 

Bertemu waktu yang "bertamu" singkat, datang dan berlalu harus dimaknai jangan ambigu. Waktu dalam durasi terbatas harus dilintasi hingga sempadan tanpa batas. Batas tak berwaktu dan ruang tak terbatas bagian dari aktualitas hakiki. 

Hakikat waktu tak lain adalah makhluk Allah SWT yang senantiasa baru. Ia tidak kekal, mengalami ada dan tiada, datang juga pergi lumrahnya manusia. Ia membawa permulaan pada akhir dan penghabisan menjadi awal segala sesuatu. Ia mengakhiri dan mengawali untuk mendahului. 

Mendahului waktu berarti mendetermistik waktu sebelum "hukum waktu" mendeterminasi zaman. Mendahului sempat sebelum sempit, mendahului muda sebelum tua, mendahului mati sebelum mati (mutu qabla anta mutu), dan mendahului "syurga" sebelum syurga, bermakna mendahului kefanaan waktu menjadi keabadian.

Mutu qabla anta mutu adalah kematian Annaniyah; "Syurga" sebelum syurga adalah Ma'rifatullah.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun