Ambar, begitu ia biasa disapa, dan Bara, pria yang sangat dicintai sekaligus mencintai Ambar
Mereka saling mencintai, meski terpisah berbeda negara. Komunikasi terjalin dengan intens, sapaan-sapaan manis selalu menghias hari dan malam keduanya
Sampai di masa ritme kerja Bara yang mulai padat, dan tugas akhir kuliah Ambar yang membutuhkan konsentrasi tinggi, sapaan-sapaan itu perlahan menjarang, dan semakin lama menjadi tak pernah. Meski hati mereka tetap masih terpaut. Erat, seerat genggaman Bara saat melepas Ambar di bandara sekian tahun lalu.
Yoseph, seorang pria dari kota tetangga, dengan membawa ibunya, tiba-tiba datang meminang Ambar pada ayah dan bundanya.
"Ambar, Yoseph dan keluarganya bersilaturrahim ke rumah, ingin meminangmu. Bagaimana? Apakah bunda dan ayah menerimanya? Jika iya, mereka akan kembali bulan depan dengan membawa rombongan untuk acara pertunangan" tanya bunda via seluler pada Ambar
"terserah ayah dan bunda saja.." Jawab Ambar singkat
Pertunangan dilaksanakan, dengan hasil keputusan jumlah mahar yang relatif tinggi, dan ayah meminta supaya pernikahan antara Ambar dan Yoseph dilaksanakan nanti, tanpa waktu yang ditentukan, sampai dan setelah Ambar merampungkan studynya.
*to be continue..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H