Mohon tunggu...
Neeza Firdaus
Neeza Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

College student, writing for my soul

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Obesitas sebagai Salah Satu Dampak dari Gizi Buruk dan Pencegahannya

10 Desember 2022   23:51 Diperbarui: 11 Desember 2022   00:35 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di era modernisasi yang serba instan ini sangat sulit mendapatkan kehidupan yang berkualitas, termasuk dalam dalam hal kesehatan. Masalah gizi buruk masih menjadi salah satu isu penting yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini. Padahal, memperbaiki gizi menjadi target penting dari Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) yang merupakan kesepakatan pembangunan global.

Masalah ini juga bukan hanya berpengaruh pada kesehatan, tetapi juga memicu tantangan bagi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) nasional, mengingat dampak jangka panjang masalah gizi akan berpengaruh buruk pada kualitas hidup dan produktivitas masyarakat. Jutaan anak-anak dan remaja Indonesia tetap terancam dengan tingginya angka anak yang bertubuh pendek (stunting) dan kurus (wasting) serta 'beban ganda' malnutrisi dimana terjadinya kekurangan dan kelebihan gizi.

Gizi buruk akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan tubuh khususnya pada anak-anak dalam masa pertumbuhan. Anak-anak dalam masa ini sangat membutuhkan asupan nutrisi yang baik agar pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan secara optimal. Apabila kebutuhan nutrisi tidak tercukupi sesuai kebutuhannya, maka hal ini akan berdampak pada kondisi kesehatan anak tersebut. Dampak dari tidak terpenuhinya kebutuhan gizi inilah yang disebut gizi buruk. Gizi buruk dapat mengakibatkan berbagai penyakit dan kelainan pada tubuh. Gizi buruk yang dialami ibu hamil akan berpengaruh pada janin dalam kandungan. Penyakit akibat gizi buruk pada anak dapat berupa stunting, marasmus, kwashiorkor, kretinisme, obesitas, serta penyakit-penyakit akibat malnutrisi lainnya.

Ada 4 faktor yang melatarbelakangi gizi buruk yaitu :ekonomi, sanitasi, pendidikan orangtua, dan perilaku orang tua. Kemiskinan salah satu determinan sosial-ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. 

Menurut direktur kesehatan dan gizi masyarakat kementerian perencanaan pembangunan nasional (bappenas), pungkas bahjuri ali menyebutkan bahwa dalam satu dekade terakhir, indonesia telah berhasil melakukan perbaikan pada gizi balita. namun obesitas tidak termasuk didalamnya. kini tantangan baru muncul dalam persoalan obesitas di indonesia, lantaran menurut data riset kesehatan dasar (riskesdas) 2018 menunjukkan, 1 dari 4 penduduk dewasa usia diatas 18 tahun mengalami obesitas. prevalensi gizi lebih atau obesitas pada kelompok tersebut berada di level 21,8%, hampir terjadi kenaikan 2 kali lipat jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2013 yang ada di level 14,8%. (obesitas pada balita) hal ini didukung oleh stigma masyarakat yang masih mempunyai anggapan bahwa balita yang gemuk menandakan balita yang sehat dan bukan sebagai masalah yang perlu dilakukan tatalaksana. Padahal anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena obesitas juga merupakan masalah gizi berlebih yang tidak baik bagi tubuh.

Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak, terutama aspek perkembangan psikososial. Dampak dari obesitas juga berpotensi mengalami berbagai penyakit yang menyebabkan kematian antara lain penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, dan lain-lain. Agar anak terhindar dari mengalami obesitas sejak dini, maka orangtua perlu menaruh perhatian penuh pada pola makan dan asupan nutrisi bagi anak. Asupan makanan harus sesuai dengan usia kebutuhan nutrisi anak agar tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan gizi.

Pemberian asupan yang baik harus dilakukan sejak anak usia dini. Namun, banyak orangtua yang mengabaikan hal ini dan cenderung lebih sering memberikan anak mereka makanan yang disukai. Padahal di sisi lain, pemberian makanan yang monoton akan membawa dampak buruk bagi tubuh dan anak akan menolak jika makanan yang diberikan tidak sesuai keinginannya. Oleh karena itu, anak-anak perlu diperkenalkan dengan variasi dalam menu makanan agar dapat tercapai gizi seimbang. Misalnya, menu yang didominasi dengan bahan ayam dapat diganti dengan ikan laut atau udang yang juga tinggi protein.

Selain mencukupi kebutuhan gizi, pencegahan obesitas harus dibarengi dengan olahraga yang teratur. Olahraga dilakukan untuk meminimalisasi adanya penumpukan lemak berlebih dan dapat menunjang pertumbuhan serta mengasah kemampuan soft skills anak dalam ketangkasan, sosialisasi, dan psikomotorik. Banyak jenis olahraga yang disarankan untuk anak dalam usia pertumbuhan contohnya adalah renang. Olahraga renang terbukti efektif dalam menunjang pertumbuhan tulang, melatih sistem kardiovaskular, menurunkan kolesterol, dan menghilangkan stres. Pemberian gadget dengan waktu berlebihan juga tidak baik karena anak akan cenderung diam dan tidak beraktivitas saat memakai gadget.

Dalam pemenuhan gizi anak, seringkali orangtua berpikir bahwa memberikan makanan yang bergizi akan memerlukan biaya yang besar. Padahal ada banyak jenis bahan makanan yang bergizi tinggi dengan harga terjangkau. Orangtua juga dapat memberikan aktivitas di luar rumah dan kegiatan sederhana bagi anak. Dengan demikian, usaha pencegahan gizi buruk dan obesitas pada anak dapat dilakukan sedini mungkin dalam keluarga.

Daftar Pustaka :

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2022. Bappenas Melalui SUN AM 2022 Tingkatkan Komitmen Perbaikan Gizi Indonesia. https://www.bappenas.go.id/id/berita/bappenas-melalui-sun-am-2022-tingkatkan-komitmen-perbaikan-gizi-indonesia-Il3Je. Diakses tanggal 9 Desember 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun