Mohon tunggu...
Neemra Zahra
Neemra Zahra Mohon Tunggu... -

Ikhlas itu indah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngaku Polisi, Telepon, Bilang Anak Anda Tertangkap karena Narkoba

27 Maret 2013   02:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:09 2509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu pagi yang cerah, jarum jam menunjuk ke angka 7, ketika telepon berdering dan anak perempuan saya mengangkat dan menjawab telepon, tiba-tiba dia berteriak: “yang jelas dong kalo ngomong! Lo kenapa, dimana?” Lalu nada bicara anak saya berubah lebih marah: “saya Mila! Kenapa adik saya?” entah apa yang dikatakan orang di seberang sana, tapi anak saya menjawab lebih berang: “adik saya tidak pernah merokok, minum miras apalagi terlibat narkoba!” Deg! Jantung saya yang mulai tua berdebar-debar. Ada apa dengan anak saya? Mendengar kata narkoba, saya teringat anak tetangga belakang rumah, Roni. Sebulan yang lalu Ia ditangkap polisi ketika sedang sedang naik sepeda motor bersama temannya yang membonceng minta diantar ke suatu tempat. Digeledah polisi, ditemukan ganja di saku temannya, mereka digelandang ke kantor polisi, dibuatlah surat ijin penggeledahan, maka rumah Roni digeledah. Di kamar Roni ditemukan bungkusan kecil berisi 4 gram ganja. Keduanya langsung diangkut ke Polres setempat, dan dijebloskan ke penjara. Saya bisa membayangkan kaget dan bingungnya ibunda anak laki-laki yang sudah saya anggap seperti anak sendiri, karena Roni berteman dengan anak laki-laki saya sejak balita. Ibunya janda, ayahnya wafat sejak Roni masih SD, hidup pas-pasan, dan harus menghadapi kejadian seperti ini. Bisa dibayangkan kemudian keluarga tersebut mengalami kesulitan yang sangat berat. Roni, yang konon tidak pernah mengonsumi ganja, akhirnya terpaksa mengaku bahwa ia adalah pemakai. Teman yang diboncengi ternyata pengedar ganja, dan nampaknya sudah tahu dia sedang diincar polisi, dia mengajak teman untuk masuk penjara. Konon, ada penawaran-penawaran untuk mengubah tuduhan dari apa menjadi apa, bahkan untuk mencabut tuduhan, ada dana yang tak sedikit harus dikorbankan, Na’udzubillah min dzalik! Sudah 3 bulan Roni mendekam di penjara, menunggu disidang. Saya pikir tak ada yang bisa dilakukan oleh ibundanya, uang tak punya, anak-anaknya semua baru mulai bekerja. Jika anda orangtua, dan mengalami hal seperti itu, apa yang akan anda lakukan? Membayangkan anak kita hancur masa depannya, sulit mencari kerja karena mantan napi.

Saya dikejutkan oleh teriakan anak perempuan saya yang makin histeris, karena polisi di seberang sana, akan mendatangi rumah, anak saya berteriak: “saya yang akan kesana, dimana tempat anda? saya tidak mau anda datang ke rumah saya, kemudian anda menaruh narkoba di rumah kami.” Eh polisi gadungan tersebut mengatakan: “oh tidak bisa, kami yang akan ke rumah ibu.” Anak saya kembali membentak: “ saya yang akan ke tempat anda, dan membawa petugas lab” Akhirnya karena tidak tahan lagi, anak saya memberikan gagang telepon kepada suaminya. Terdengar suara menantu saya berdialog: “oh percuma ya kalau bawa petugas lab, karena adik saya tertangkap sebagai Bandar?” Hmm, pintar polisi gadungan itu. Sementara anak sulung saya menelpon adik bungsunya yang baru menikah dan tidak tinggal serumah dengan kami, mengatakan bahwa kakaknya ditangkap kedapatan bawa ganja. Si bungsu kaget, tapi tenang, langsung dia menelpon kakaknya, HPnya mati, lalu menelpon istri kakaknya, diangkat, langsung tanya:“Raka ada dimana?” istrinya menjawab: “Ada di rumah.” Setelah yakin bahwa kakaknya masih di rumah, si bungsu segera menelpon saya, dan mengatakan itu penipuan, si polisi gadungan masih bicara dengan menantu saya, meminta nomor HP menantu saya, dan meminta supaya menantu saya keluar rumah, agar tidak berisik oleh suara istrinya yang marah-marah. Lalu telpon ditutup. Dan saya bilang kepada menantu saya bahwa Raka masih di rumah, jadi itu penipuan. Menantu saya bilang, si polisi gadungan minta tebusan Rp.35 juta, dan menyuruh menantu saya ke ATM segera, dan adik anda akan kami antarkan ke rumah. Jika tidak, maka adik anda akan ditahan.

Telepon berdering lagi, menantu saya mengangkatnya, dan langsung bertanya: “anda mau menipu kami ya?” langsung ditutup, plek.

Kejadian serupa dengan yang kami alami, dialami pula oleh teman saya yang sudah cukup senior. Suatu hari ada telepon, diangkat, yang terdengar adalah suara anak gadis sedang mewek, dengan suara tidak jelas. Yang kemudian diambil alih oleh seorang pria yang mengaku polisi. Teman saya mengatakan: “Kenapa cucu saya?” Ketika saya mendengar cerita ini beberapa saat setelah kejadian yang sangat mirip terjadi pada diri saya sekeluarga, ternyata hal ini memang menjadi modus operandi penipuan, walau dengan berbagai versi, intinya menipu dan jika mungkin mengambil keuntungan. Kejahatan serius, direncanakan dengan talenta tinggi, karena orang di rumah selalu menghubungkan langsung dengan orang terdekat sedang tertimpa musibah. Termasuk teman saya yang menyangka itu adalah suara cucu perempuannya yang sudah remaja. Laki-laki yang mengaku polisi tinggal menggiring dan mengatakan: “cucu ibu kami tangkap karena kedapatan menggunakan narkoba.” Beruntung beliau nenekyang sehat, sehingga tidak mendadak semaput, dan terus bisa diajak bicara, dengan mengeluarkan satu demi satu “clue”: dari cucu saya namanya anu, pacarnya namanya itu, dan si penipu dengan asyiknya menggiring sampai akhirnya sang nenek mentransfer dana yang katanya banyak sekali, entah berapa tepatnya karena yang bersangkutan tidak mau mengakui jumlah yang sudah ditransfer. Jika keluarga saya saja dimintai Rp.35 juta, mungkin teman saya lebih banyak, saya juga tidak tahu apakah teman saya mengadukan hal ini kepada polisi, mungkin tidak, karena merasa toh tidak mungkin duwit tersebut bakal kembali. Dan pastinya sadar bahwa ia melakukan keteledoran, tidak melakukan cek dan ricek.

CURIGALAH! Jika ada telepon seperti itu, apakah anak kita yang tertangkap karena narkoba, atau kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit tapi perlu uang untuk uang muka rumah sakit (apalagi jika anak kita memang sedang berada di luar kota, sekolah atau bekerja), segera cek dan ricek! Dan jangan percaya begitu saja, umumnya penelpon bernada mendesak dan membuat kita panic. Telponbiasanya akan dilakukan pada jam dimana kita sedang sibuk bersiap-siap akan berangkat kerja, sehingga gampang sekali panik. Dan jika anda habis menjenguk teman anda di bui, anda harus menyerahkan KTP dan nomor telepon, hati-hati! anda bisa jadi mainan oknum-oknum disitu. Kebetulan seminggu sebelumnya, anak saya mengunjungi Roni di penjara.

Awasi anak-anak anda, remaja dan dewasa muda, sekalipun mereka sudah bekerja, mungkin pasangan muda baru menikah, apakah dia mengonsumsi narkoba, karena sedang trend dan masuk golongan orang keren, jika mengonsumsi narkoba. Lihat contoh soal, para seleb kita yang kedapatan mengonsumsi narkoba. Ingat tayangan TV yang mengupas perdagangan narkoba. Bandar narkoba dari yang kelas cere sampai kelas paus, yang dituju hanya satu: DUWIT CEPAT, KAYA KILAT, tak peduli anak orang SEKARAT. Di sisi lain peran polisi, petugas BNN yang sibuk menangkapi bandar dan pengguna narkoba, baik yang memang bandar/pengguna atau yang hanya SIAL karena berdekatan dengan bandar/pengguna narkoba sehingga ikut terjaring, dan situasi tersebut pasti sangat tidak nyaman; situasi macam itu dimanfaatkan oleh para penipu untuk menipu banyak orang.

WASPADALAH! WASPADALAH!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun