Mohon tunggu...
Neemra Zahra
Neemra Zahra Mohon Tunggu... -

Ikhlas itu indah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Waspadai Invasi K-Pop, Siap Libas Budaya Lokal

25 Oktober 2013   13:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:03 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memang tidak bisa dipungkiri jika di Asia mulai terjadi ketegangan, antara Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Korea Utara. Semua negara, kecuali Korea Utara yang konon angka kemiskinannya cukup tinggi, tetapi dikuasai oleh diktator yang mengancam setiap saat bisa mengirimkan rudal ke negara manapun di dunia ini, adalah negara-negara yang terbukti sangat kuat dan penuh dengan orang-orang cerdas dan mendunia.

Cina memang tidak sekaya Jepang dan Korea Selatan, tetapi dengan perekonomiannya yang digerakkan oleh begitu banyak penduduk, dan produknya yang murah meriah menguasai dunia, rasanya memang kita patut mengacungkan jempol terhadap kinerjanya.

Jepang memang sudah lama kaya dan berpendidikan tinggi, sekarang Jepang tinggal menagih piutang ke negara-negara yang memakai uangnya (hutang Indonesia contohnya, paling besar ke Jepang), permasalahannya di Jepang tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi nyaris nol, jadi memang strategi yang digunakan oleh Jepang adalah mendorong ekspor barang berkualitas (lain dengan Cina), dan memberikan hutang.

Korea Selatan beda lagi, mereka maju dulu, baru mencoba menguasai dunia. Sekarang, dimana-mana kita menemukan restoran korea (saya hitung di Jakarta sekitaran SCBD sampai dengan jl. Wolter Monginsidi, ada setidaknya 10-11 restoran korea). Orang Indonesia saja sekarang sudah kekorea-koreaan, lihat saja musik K-Pop yang fenomenal sampai-sampai kita meniru boyband dan girlband-nya, semakin banyak orang yang mau belajar bahasa Korea, entah untuk alasan apa, mungkin ingin kerja di Korea sebagai TKI (karena gaji TKI di Korea dan perlindungan hukum terhadap TKI di sana tergolong yang paling baik), atau sekedar ingin nonton drama korea dengan lancar. Belum lagi fenomena PSY yang mengguncangkan dunia dengan GANGNAM STYLE-nya, lalu terkenalnya Gangnam Street sebagai tempat plastic surgery yang ngetop dan menjadi cita-cita remaja Korea untuk menjalani operasi plastik agar lebih keren. Tak lupa, teman-teman kuliah saya dari ilmu ekonomi juga sudah mulai datang dan kuliah di sekolah ekonomi Korea dengan beasiswa pemerintah Korea. Saya bahkan mendengar bahwa sekarang makin banyak anak-anak Korea yang mempelajari bahasa Indonesia, dan ikut ujian SNMPTN ke universitas-universitas terbaik di Indonesia, agar bisa belajar langsung di Indonesia, pemerintah Korea yang membiayai. Usut punya usut, memang ternyata ini semua bagian dari roadmap pemerintah Korea Selatan, ya...dari membudayakan K-Pop, membudayakan makanan korea, sampai mengirim orang-orang korea, itu ada di APBN pemerintah Korea Selatan. Korea Selatan rupanya menyadari bahwa kanan kiri atas bawah adalah musuh yang siap menghancurkan mereka. Mereka mencari kawan.

Tetapi, tren ini kan tidak hanya dilakukan negara2 Asia, negara-negara Eropa seperti Perancis, atau Amerika Serikat, juga gencar menggandeng Indonesia. Pertanyaannya, kenapa Indonesia?

Apakah semata-mata karena Indonesia adalah 'teman yang baik'? Penduduknya banyak, banyak orang kaya, dan banyak juga yang miskin, domestic demand tinggi sekali, sementara pemerintahnya super korup, tidak bisa mencukupkan kebutuhan penduduk dengan produk dalam negeri, alias jauh dari swa sembada.

Ya, mungkin karena Indonesia memang 'teman yang baik' untuk semuanya. Kenyataan ini sepantasnya menjadi wake up call bagi kita semua, introspeksi apa yang salah, bukan malah berbangga diri.

Memang tidak bisa dipungkiri jika di Asia mulai terjadi ketegangan, antara Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Korea Utara. Semua negara, kecuali Korea Utara yang konon angka kemiskinannya cukup tinggi, tetapi dikuasai oleh diktator yang mengancam setiap saat bisa mengirimkan rudal ke negara manapun di dunia ini, adalah negara-negara yang terbukti sangat kuat dan penuh dengan orang-orang cerdas dan mendunia.

Cina memang tidak sekaya Jepang dan Korea Selatan, tetapi dengan perekonomiannya yang digerakkan oleh begitu banyak penduduk, dan produknya yang murah meriah menguasai dunia, rasanya memang kita patut mengacungkan jempol terhadap kinerjanya.

Jepang memang sudah lama kaya dan berpendidikan tinggi, sekarang Jepang tinggal menagih piutang ke negara-negara yang memakai uangnya (hutang Indonesia contohnya, paling besar ke Jepang), permasalahannya di Jepang tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi nyaris nol, jadi memang strategi yang digunakan oleh Jepang adalah mendorong ekspor barang berkualitas (lain dengan Cina), dan memberikan hutang.

Korea Selatan beda lagi, mereka maju dulu, baru mencoba menguasai dunia. Sekarang, dimana-mana kita menemukan restoran korea (saya hitung di Jakarta sekitaran SCBD sampai dengan jl. Wolter Monginsidi, ada setidaknya 10-11 restoran korea). Orang Indonesia saja sekarang sudah kekorea-koreaan, lihat saja musik K-Pop yang fenomenal sampai-sampai kita meniru boyband dan girlband-nya, semakin banyak orang yang mau belajar bahasa Korea, entah untuk alasan apa, mungkin ingin kerja di Korea sebagai TKI (karena gaji TKI di Korea dan perlindungan hukum terhadap TKI di sana tergolong yang paling baik), atau sekedar ingin nonton drama korea dengan lancar. Belum lagi fenomena PSY yang mengguncangkan dunia dengan GANGNAM STYLE-nya, lalu terkenalnya Gangnam Street sebagai tempat plastic surgery yang ngetop dan menjadi cita-cita remaja Korea untuk menjalani operasi plastik agar lebih keren. Tak lupa, teman-teman kuliah saya dari ilmu ekonomi juga sudah mulai datang dan kuliah di sekolah ekonomi Korea dengan beasiswa pemerintah Korea. Saya bahkan mendengar bahwa sekarang makin banyak anak-anak Korea yang mempelajari bahasa Indonesia, dan ikut ujian SNMPTN ke universitas-universitas terbaik di Indonesia, agar bisa belajar langsung di Indonesia, pemerintah Korea yang membiayai. Usut punya usut, memang ternyata ini semua bagian dari roadmap pemerintah Korea Selatan, ya...dari membudayakan K-Pop, membudayakan makanan korea, sampai mengirim orang-orang korea, itu ada di APBN pemerintah Korea Selatan. Korea Selatan rupanya menyadari bahwa kanan kiri atas bawah adalah musuh yang siap menghancurkan mereka. Mereka mencari kawan.

Tetapi, tren ini kan tidak hanya dilakukan negara2 Asia, negara-negara Eropa seperti Perancis, atau Amerika Serikat, juga gencar menggandeng Indonesia. Pertanyaannya, kenapa Indonesia?

Apakah semata-mata karena Indonesia adalah 'teman yang baik'?Penduduknya banyak, banyak orang kaya, dan banyak juga yang miskin, domestic demand tinggi sekali, sementara pemerintahnya super korup, tidak bisa mencukupkan kebutuhan penduduk dengan produk dalam negeri, alias jauh dari swa sembada.

Ya, mungkin karena Indonesia memang 'teman yang baik' untuk semuanya. Kenyataan ini sepantasnya menjadi wake up call bagi kita semua, introspeksi apa yang salah, bukan malah berbangga diri.

Mencegah invasi budaya asing, bisa kita mulai dari Batik dan kain tenun lokal yang telah berhasil menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sekarang dengan batik dan kain tenun lokal maka perekonomian daerah mulai menggeliat. Tugas kita: memakai dan melestarikan. Dengan batik dan kain tenun dari berbagai daerah yang telah diolah menjadi baju yang bagus-bagus motifnya, asli Indonesia. Sayangnya, harganya mahal, tapi tak apa, yang kaya dan punya uang banyak dululah yang beli, yang tidak kaya dan tidak punya uang banyak, sila tunggu KW 2, 3, 4, 5 nya ya.

Sebenarnya itulah yang membuat bangsa Indonesia menarik, pasarnya menarik, dipasok barang apa saja diserap, sayangnya yang sampah-sampah pun diserap (misalnya: makanan yang beracun tapi murah, tas-tas, baju, dan barang-barang branded palsu yang dijual dengan harga selangit, rokok dari merek impor sampai merek tidak jelas ada disini, pokoknya orang Indonesia itu selama barangnya “IN”, “happening”, “lagi musim”, mahal atau murah, mau antrinya sejam atau seminggu, siang atau malam, atau harus waiting list dulu atau bahkan harus ada di guest list, pasti beli!!

Bagaimana Indonesia akan sejajar dengan Jepang, Cina, Korea Selatan bahkan India? Jika produk lokal tidak kita konsumsi dan kita cintai sepenuh hati? Apakah kita sudah menjadi bangsa yang tidak berkarakter lagi? Sila kita introspeksi diri, tapi jangan lama-lama kita terlena dan dilenakan oleh produk luar yang menguntungkan importir dan negara lain saja, tetapi tidak mendorong pertumbuhan ekonomi negeri tercinta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun