Mohon tunggu...
Nedia Sawaya Melsa Amrina
Nedia Sawaya Melsa Amrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Universitas Lampung

Mahasiswa Semester 3 di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Lampung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membedah Akar Permasalahan: Patologi Birokrasi di Instansi Publik

15 Desember 2023   13:01 Diperbarui: 15 Desember 2023   13:01 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era dinamika pelayanan publik, patologi birokrasi telah menjadi rintangan serius bagi kemajuan instansi-instansi publik. Konsep dan teori patologi birokrasi merangkum sejumlah masalah sistemik yang merusak kesehatan birokrasi, dengan dampak yang nyata terhadap pelayanan publik. Selain itu, kita akan mengidentifikasi dan kategorikan berbagai bentuk patologi birokrasi yang umumnya muncul, serta menyoroti peran dan tanggung jawab para pejabat dalam mencegah serta mengatasi patologi birokrasi.

Konsep dan Teori Patologi Birokrasi

Patologi birokrasi merujuk pada sejumlah penyakit atau disfungsi dalam sistem birokrasi yang merugikan kinerja dan pelayanan publik. Para ahli Administrasi Publik seperti Gerald E Caiden (1991), Bary Bozeman (2000), dan Sondang P. Siagian (1994), menjabarkan bahwa teori patologi birokrasi menyoroti karakteristik birokrasi Weberian, yang seharusnya dirancang untuk operasionalisasi yang optimal, seringkali mengalami disfungsi (Dwiyanto, 2011). Dampaknya termasuk keterlambatan pengambilan keputusan, kurangnya inovasi, efisiensi terkikis, transparansi menjadi semakin hilang, dan akuntabilitas menjadi sulit. Masyarakat yang seharusnya menjadi pihak yang diuntungkan dari pelayanan publik yang optimal malah merasakan dampak negatif dari penyakit birokrasi ini. Keterlambatan dalam pengambilan keputusan, lambatnya respon terhadap kebutuhan masyarakat, dan tingginya tingkat korupsi adalah akibat nyata dari patologi birokrasi yang merajalela (Hasyem & Ferizaldi, 2020).

Identifikasi dan Kategorisasi Patologi Birokrasi

Berbagai bentuk patologi birokrasi dapat diidentifikasi di instansi publik. Hal ini termasuk penyalahgunaan wewenang, di mana kekuasaan yang seharusnya digunakan untuk kepentingan masyarakat malah disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Selain itu, persepsi yang didasarkan pada prasangka juga sering terjadi, menghambat profesionalisme dan objektivitas dalam pengambilan keputusan. Pengaburan masalah, di mana instansi mencoba menyembunyikan ketidakmampuan atau kesalahan, juga merupakan bentuk patologi birokrasi yang merugikan.

Penting bagi kita semua untuk tidak hanya menyuarakan kecaman terhadap gejala patologi birokrasi, tetapi juga melakukan "bedah" menyeluruh untuk mengatasi akar permasalahannya. Reformasi birokrasi yang berfokus pada peningkatan fleksibilitas, penerapan teknologi informasi, serta pengembangan sistem yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat perlu diperjuangkan. Membedah akar permasalahan patologi birokrasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tugas bersama seluruh elemen masyarakat. Hanya melalui kolaborasi dan kesadaran bersama, kita dapat menciptakan instansi publik yang efisien, transparan, dan mampu memberikan pelayanan terbaik untuk kesejahteraan bersama. Keterlibatan aktif masyarakat dalam pemantauan dan evaluasi kinerja instansi publik juga menjadi kunci penting dalam menyembuhkan penyakit birokrasi ini (Hasim, 2023).

Peran dan Tanggung Jawab Para Pejabat

Para pejabat publik memiliki peran dan tanggung jawab krusial dalam mencegah serta mengatasi patologi birokrasi. Pertama, mereka perlu mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam setiap tahap pengambilan keputusan. Pembentukan mekanisme pengawasan internal dan eksternal juga perlu diperkuat untuk mencegah penyalahgunaan wewenang. Selanjutnya, pejabat harus mempromosikan budaya organisasi yang menghargai keragaman dan menentang prasangka, serta menjunjung tinggi integritas dan etika dalam menjalankan tugasnya. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, para pejabat dapat mencegah pengaburan masalah dan meningkatkan akuntabilitas (Maolani, 2022)

Dalam menyikapi patologi birokrasi, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku bisnis menjadi kunci. Reformasi birokrasi yang berkelanjutan dan berbasis pada prinsip-prinsip good governance akan membawa dampak positif bagi pelayanan publik. Dengan memahami akar permasalahan dan mengambil langkah-langkah konkrit, kita dapat bersama-sama mengatasi patologi birokrasi dan membangun instansi publik yang efisien, transparan, serta responsif terhadap kebutuhan masyarakat (Hasyem & Ferizaldi, 2020).

Inovasi Dan Solusi Efektif Dalam Mengatasi Patologi Birokrasi

Solusi yang diusulkan mencakup restrukturisasi, peningkatan transparansi, akuntabilitas, pendidikan, pelatihan karyawan, pemanfaatan teknologi, dan keterlibatan masyarakat (Mustanir, 2019). Untuk mengatasi patologi birokrasi, langkah awalnya adalah memahami patologi tersebut dan membangun birokrasi yang efisien, responsif, dan akuntabel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun