Mohon tunggu...
Nechin Rilus
Nechin Rilus Mohon Tunggu... Relawan - Aktivitis Kebenaran

Simple Life

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lepas Kecanduan Konsumsi Gula dan Garam

31 Juli 2024   06:04 Diperbarui: 31 Juli 2024   06:39 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Salah satu alasan utama terjadinya kecanduan ini adalah karena sifat adiktif dari gula dan garam itu sendiri. Gula, misalnya, dapat meningkatkan kadar dopamin di otak, neurotransmitter yang memberikan sensasi bahagia. Ini membuat seseorang ingin mengulangi konsumsi gula untuk merasakan "kebahagiaan" yang sama. Sementara itu, garam tidak hanya meningkatkan rasa makanan, tetapi juga menstimulasi preferensi rasa yang kuat, sehingga sulit untuk menolak makanan yang mengandung garam tinggi.

Kebiasaan masyarakat modern yang cenderung mengkonsumsi makanan olahan, yang biasanya kaya akan gula dan garam, juga turut berperan. Penyajian makanan yang cepat dan mudah, ditambah rasa yang menggoda, semakin memperburuk situasi dan membuat orang semakin kecanduan pada kedua zat ini.

2.1 Proses Biologis Kecanduan

Kecanduan gula dan garam melibatkan berbagai proses biologis yang kompleks dalam tubuh kita. Pada dasarnya, ketika kita mengonsumsi gula, terutama dalam jumlah yang tinggi, otak kita akan melepaskan neurotransmitter bernama dopamin. Dopamin adalah zat kimia yang bertanggung jawab untuk memberi rasa senang dan kepuasan. Meningkatnya kadar dopamin ini menciptakan perasaan yang menyenangkan, sehingga mendorong kita untuk mengulangi perilaku konsumsi tersebut.

Demikian juga, garam dapat memicu pelepasan dopamin, tetapi juga berinteraksi dengan sistem saraf pusat yang membuat kita merasa ingin menambah asupan. Ketika kita terpapar secara berulang pada gula dan garam, otak kita mulai mengembangkan toleransi, yang berarti kita membutuhkan lebih banyak dari kedua zat tersebut untuk mencapai efek yang sama. Proses ini menyerupai pola kecanduan yang terjadi dengan obat-obatan terlarang.

Dalam jangka panjang, pola konsumsi yang tidak terkendali dapat mengubah struktur dan fungsi otak, membentuk siklus kecanduan yang sulit diatasi. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa kecanduan gula dan garam bukan hanya masalah kebiasaan, tetapi juga isu biologis yang mendasar.

2.2 Dampak Kesehatan dari Kecanduan

Kecanduan terhadap gula dan garam dapat membawa berbagai dampak kesehatan yang signifikan dan sering kali diabaikan oleh banyak orang. Konsumsi gula berlebih, misalnya, telah terbukti meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, obesitas, dan penyakit jantung. Gula dapat meningkatkan kadar insulin dalam darah dan menciptakan siklus ketergantungan yang sulit diatasi.

Di sisi lain, kecanduan garam dapat berkontribusi pada tekanan darah tinggi atau hipertensi, yang merupakan faktor risiko utama untuk stroke dan serangan jantung. Garam juga dapat menyebabkan retensi cairan, mengakibatkan pembengkakan dan ketidaknyamanan. Selain itu, mengonsumsi garam dalam jumlah tinggi dapat mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh sehingga mengarah pada masalah kesehatan lainnya.

Kedua jenis kecanduan ini juga dapat memengaruhi kesehatan mental, dengan studi menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi gula dan garam dengan depresi serta kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk mulai menyadari dampak negatif dari kecanduan ini dan mengambil langkah proaktif untuk mengurangi konsumsi.

3. Tanda-Tanda Kecanduan Gula dan Garam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun