[caption caption="Buku Peringatan 100 Tahun Leimena pada 2005: Dr. Johannes Leimena, Negarawan Sejati & Politisi Berhati Nurani"][/caption]
Dr. Johannes Leimena, lahir 1905, adalah seorang dokter yang turut menjadi inisiator deklarasi Sumpah Pemuda pada 1928. Tokoh yang mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 2010 ini turut mengiringi perjalanan bangsa Indonesia sejak belum merdeka hingga beliau wafat pada 29 Maret 1977.
[caption caption="Leimena muda bersama istri Ny. Tjitjih Wijarsih Leimena-Prawiradilaga (Sumber: Buku Dr. Johannes Leimena: Negarawan Sejati dan Politisi Berhati Nurani)"]
Selain menghasilkan 93 karya tulis dalam bidang keagamaan, kepartaian, kesehatan, dan kenegaraan, beliau juga terlibat aktif membangun bangsa melalui perannya sebagai seorang pejabat negara. Om Jo, panggilan akrabnya, ikut serta dalam 18 kabinet berbeda sejak Kabinet Sjahrir II tahun 1946. Seorang dosen dari Myanmar, Dr. Kyaw Than bahkan pernah berkata bahwa pemerintahan boleh berlalu, tetapi Leimena terus ada selamanya.
[caption caption="Pada salah satu Perayaan Hari Angkatan Bersenjata, Pj. Presiden Dr. J. Leimena bertindak selaku inspektur upacara. Di belakangnya adalah keempat pimpinan angkatan, yaitu Mayor Jenderal Achmad Yani, Laksamana Muda Laut Martadinata, Marsekal Muda Udara Roesmin Nurjadin dan Inspektur Jenderal Polisi Soetjipto Danukusumo. (Sumber: Buku Dr. Johannes Leimena: Negarawan Sejati dan Politisi Berhati Nurani)"]
[caption caption="Salah satu sidang kabinet yang masih dipimpin oleh Presiden Soekarno dan dihadiri oleh Jenderal Soeharto selaku Menpangad. Tampak Dr. J. Leimena di sebelah kanan. (Sumber: Buku Dr. Johannes Leimena: Negarawan Sejati dan Politisi Berhati Nurani)"]
Dalam buku Dr. Johannes Leimena: Negarawan Sejati dan Politisi Berhati Nurani, panitia peringatan 100 tahun Leimena pada 2005 mencatat refleksi dari beberapa tokoh pada saat itu. Di antaranya, Cak Roes (Dr. Roeslan Abdulgani) berkata, "Walaupun Om Jo adalah seorang Kristen yang saleh, tetapi nasionalismenya tidak perlu diragukan lagi. Saya melihat, mungkin karena faktor ini sehingga Bung Karno sangat tertarik kepada Om Jo. Kepercayaan Bung karno terhadap Om Jo sangat besar, bahkan mempercayakan Om Jo menjadi Pejabat Presiden RI sampai beberapa kali."
Ali Sadikin pada saat itu bertutur demikian, "Om Jo banyak memberikan masukan kepada Bung Karno tentang konsep pembangunan kota Jakarta sebagai ibu kota negara. Mencermati gagasan Om Jo tersebut, Bung Karno langsung mengatakan kepada Om Jo bahwa dirinya berkeinginan Jakarta ini dipimpin oleh orang cerdas, berani dan tegas. 'Saudara Jo bisa membantu saya untuk mencarikannya'" Bang Ali kemudian melanjutkan kisahnya, "Dengan spontan Om Jo langsung menyebutkan nama saya, padahal waktu itu saya sudah menjadi menteri di era pemerintahan Bung Karno." Usul Om Jo pun langsung disetujui oleh Bung Karno.
Tokoh lain yang juga hadir dalam peringatan 100 tahun Leimena itu adalah Ridwan Saidi, mantan Ketua PB-HMI, yang menuturkan sebuah kisah ketika Bung Karno ingin membubarkan Masyumi dan HMI. Om Jo waktu itu menanggapi dengan sebuah argumen yang cerdas bahwa beliau tidak setuju. Ridwan Saidi berkata, "Menyikapi pernyataan Om Jo ini, waktu itu saya katakan kepada teman-teman HMI bahwa nasib politik umat Islam ke depan sangat bergantung di ujung lidah -- maaf ini hanya pendengaran saya -- orang Ambon yang Kristen itu."
[caption caption="Dr. Roeslan Abdulgani menyampaikan releksi tentang almarhum Dr. J. Leimena pada tanggal 4 Juni 2005. Tampak Ali Sadikin dan Ridwan Saidi (kanan) sedang mendengarkan ((Sumber: Buku Dr. Johannes Leimena: Negarawan Sejati dan Politisi Berhati Nurani)"]
Om Jo dalam hidupnya dikenal sebagai pribadi yang berintegritas, konsisten dan sangat menghargai keberagaman di Indonesia. Sepak terjangnya di berbagai bidang selama hidupnya telah memberikan kontribusi amat besar bagi bangsa ini dan oleh jasa beliaulah hari ini kita dapat berseru dengan lantang: