[caption id="attachment_368390" align="aligncenter" width="521" caption="http://www.chicksaintfunny.com/"][/caption]
Hari ini kita memperingati 135 tahun penemuan bola lampu pijar, sebuah penemuan yang mengubah dunia. Pada 22 Oktober 1879, setelah melalui banyak percobaan, Thomas Alva Edison akhirnya berhasil menyalakan seutas karbon di dalam tabung hampa udara selama 13,5 jam.
Usaha mencari sumber cahaya buatan itu sendiri sudah dimulai jauh sebelumnya. Dalam catatan sejarah, terdapat lebih dari dua puluh ilmuwan yang pernah meneliti cara menciptakan bola lampu pijar sejak awal abad ke-19. Pada masa itu, hasil penemuan mereka belum menggembirakan. Lampu yang dihasilkan hanya mampu bertahan sebentar dan memerlukan arus listrik besar serta biaya pembuatan yang tinggi. Ini menyebabkan bola lampu pijar masih sulit untuk diproduksi secara massal.
Kemudian Thomas Alva Edison berhasil membuat bola lampu pijar yang dapat menyala cukup lama, 13,5 jam. Bahkan, beberapa bulan kemudian, dia memperbaiki temuannya hingga mampu bertahan 1200 jam. Pada 4 November 1879 dia mendaftarkan penemuannya ini dengan paten Amerika Serikat nomor 223.898 (disahkan pada 27 Januari 1880). Paten yang didaftarkan adalah lampu listrik yang menggunakan seutas karbon atau lempeng karbon yang dipelintir dan dihubungkan dengan kawat platina.
Bola lampu pijar ini memiliki tingkat kehampaan udara yang lebih baik dan daya tahan lebih tinggi sehingga dapat dipakai di banyak tempat. Penemuan ini juga mendorong berkembangnya jaringan listrik hingga ke rumah penduduk. Mulai hari itu, bola lampu pijar menjadi bagian dari hidup manusia. Manusia menggunakannya untuk lampu di rumah, penerangan di jalan, senter maupun lampu mobil. Dunia pun berubah. Perlahan-lahan lilin dan lampu minyak diganti dengan bola lampu pijar.
[caption id="attachment_368375" align="aligncenter" width="567" caption="Bola lampu Thomas Alfa Edison (sumber: Wikipedia)"]
Berapa kali Thomas Alva Edison mencoba?
Penemuan bola lampu pijar sangat fenomenal dan tak asing bagi kita. Hingga saat ini kita sering membaca atau mendengar guru, motivator atau pembicara mengenang peristiwa penemuan ini, khususnya ketika memberi semangat kepada orang lain agar tidak mudah menyerah. Kita sering mendengar kalimat seperti, “Berapa kali Thomas Alva Edison gagal sebelum menemukan bola lampu pijar?”
Jawabannya pun bermacam-macam. Ada yang mengatakan Thomas Alva Edison mencoba 999 kali. Baru pada kali ke-1000 dia berhasil. Bahkan di internet, kita dapat menemukan sangat banyak versi, ada yang menyebut 300, 700, 999, 1000, 2000, 3000, 5000, 10.000, bahkan 20.000. Tidak jelas mana yang benar.
Seorang kontributor di salah satu media yang cukup terpandang, Forbes, mengutip kata-kata Thomas Alva Edison sebagai berikut:
“I have not failed 10,000 times. I have not failed once. I have succeeded in proving that those 10,000 ways will not work. When I have eliminated the ways that will not work, I will find the way that will work.”
“Saya bukan gagal 10.000 kali. Saya tidak gagal satu kali pun. Saya berhasil membuktikan bahwa ada 10.000 cara yang keliru. Ketika saya telah mengetahui cara-cara yang keliru, akhirnya saya akan menemukan sebuah cara yang benar.”
Dengan begitu banyaknya paten yang dihasilkan oleh Thomas Alva Edison (2332 paten dalam berbagai penemuan), saya percaya dia tidak bicara secara harafiah melakukan 10.000 kali kegagalan dalam usaha menemukan bola lampu pijar. Bahkan, saya tidak yakin dia menghitung dengan persis berapa kali dia mencoba. Yang jelas, dia melakukannya dengan usaha yang keras dan terus-menerus hingga akhirnya berhasil.
Usaha dan ketekunan Thomas Alva Edison tidak sia-sia. Kini seluruh dunia dapat menikmati “siang yang lebih panjang” berkat penemuannya, meskipun kini bola lampu pijar mulai digantikan oleh lampu hemat energi, dan dalam perkembangan terakhir muncul lampu LED.
Kita patut bersyukur zaman ini kita memiliki sumber cahaya buatan yang membuat hidup lebih mudah dan nyaman. Dunia yang terang benderang saat ini dapat membuat kita terlena dan melupakan arti pentingnya penemuan ini. Mungkin kita baru menyadarinya ketika listrik padam. Mungkin kita juga patut bersyukur bahwa kondisi listrik di Indonesia yang umumnya masih byar-pet justru membuat kita makin menghargai karya Thomas Alva Edison ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H