Mohon tunggu...
Robert Naiborhu
Robert Naiborhu Mohon Tunggu... mahasiswa -

Saya seorang residen di pulmonologi dan respirasi , saya senang baca dan kritis pada sesuatu yang saya baca. Saya mengatakan tidak tahu bila memang saya tidak tahu dan saya akan berusaha sekuat tenaga mencari jalan untuk tahu. " Educating the mind without educating the heart is no education at all. "

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Mencatat Kita

17 Agustus 2010   03:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:58 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".

Terjemahannya,

Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya akan melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya baru akan melepaskan puasa".

Demikian bunyi sumpah palapa sebutkan oleh Gajah Mada ( Thn 1336 M ) pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit.

Dari Sumpah ini kita bisa menilai arti dari sejarah yang telah tertulis. Nilai tekat , keberanian dan percaya atas kemampuan.

Sejak tahun 1336 M sumpah ini diuji dengan banyak kejadian. Masuknya para penjajah yang memperkosa bangsa dan diakhiri oleh Proklamasi Indonesia. Masuknya ideologi yang menggoyang identitas bangsa yang diakhiri oleh Kesaktian Pancasila. Irian barat disatukan ke Republik Indonesia (1969) , Timor timur bergabung dengan Indonesia (1976)

Apa yang terjadi setelah itu?

Pulau terluar kita mulai hilang satu per satu . Sipadan – ligitan direbut oleh Malaysia (2002), Timor timur lepas dari NKRI (2006).

Sampai saat ini Sumpah Palapa masih dicobai oleh berbagai peristiwa walaupun dengan cara berbeda. Lagu rasa sayange , reog dan tari pendet bahkan makanan kita akan di kleim bangsa asing.

Dengan berbagai peristiwa ini kita harus ber-cermin diri. Pulau yang kita terlantarkan sudah lenyap digondol negeri orang. Seni yang selama ini menghibur kita sejak kecil hampir saja direbut orang. Kita harus berterima kasih kepada Malaysia mengingatkan kita bahwa kita adalah bangsa yang besar. Tapi bukan bangsa yang lemah.

Kita masih sanggup berdiri sendiri dan menarik nafas panjang dan melihat ke atas. Berkibarlah benderaku. Berkibarlah diseluruh pantai Indonesia. Siapa berani menurunkan engkau , serentak rakyatmu membela.

Dirgahayu Bangsaku !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun