Mohon tunggu...
Kurniawan Saputra
Kurniawan Saputra Mohon Tunggu... lainnya -

Aku hanya ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Untuk Ramadhan yang Telah Hendak Undur Diri

6 Agustus 2013   10:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:34 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Barangkali, bagi sebagian orang, Ramadhan tak menyisakan apa-apa kecuali penyesalan.

Ramadhan telah hendak undur diri. Sebentar lagi ia adalah kalender tahunan yang terlewati. Ia bakal menjadi medali bagi masing-masing peserta lomba, hadiah bagi pemenang sekaligus iming-iming pencibir kepecundangan bagi yang kalah. Tentunya, bagi golongan manusia yang disebut terakhir, ihwal itu menyisakan penyesalan.

Padahal, Ramadhan telah disambut dengan kebersediaan untuk berubah. Semuanya sadar Tuhan masih sangat welas asih pada kita tahun ini. Setelah setahun yang penuh kelalaian, Tuhan masih sudi memanjangkan sedikit nafas kita hingga Ramadhan datang. Inilah saat menebus dosa. Bisa saja kan, Tuhan mengambil nyawa kita ketika kita tengah terpuruk dalam gelimang dosa?

Namun, bersama kesadaran akan kemurahhatian Tuhan tersebut, sebagian manusia masih saja dungu. Ramadhan berlalu seperti yang lalu-lalu, tanpa perbaikan. Satu dua ibadah sunah memang terlaksana, tapi tak lebih dari pemenuhan rutinitas kehidupan bermasyarakat. Tanpa ruh.

Yang mengerikan adalah apabila kita terjebak dalam usaha sepenuh hati memenuhi protokoler formalitas tersebut. Makanan buka yang harus lebih mewah dari biasanya, pakaian taraweh yang harus lebih mencolok dari tetangga, atau rumah yang harus bercat lebih terang dari rumah-rumah di sampingnya.

Sementara itu, kita lupa lebih dermawan dari hari-hari lain, lebih menahan diri untuk tidak menunjukkan amarah, lebih mudah memberikan senyum dan maaf, serta lebih banyak mengingat mati.

Dan ketika Ramadhan telah berada di ufuk, ketololan kita terdedah dengan baru mengingat niat awal yang suci. Tapi, semuanya telah terlambat. Lailatul qadr sepertinya enggan datang pada mereka yang mengejarnya dengan licik, lalai pada hari-hari pertama dan baru berkelebat kencang menjelang akhir.

Barangkali, bagi sebagian orang, Ramadhan tak menyisakan apa-apa kecuali penyesalan. Buruknya, penyesalan seperti ini terjadi setiap tahun.

Mungkin saya termasuk orang-orang lalai itu. Tapi kawan, karena kita tak bisa memastikan satu kursi di Ramadhan tahun depan, kita harus membuat penebusan dosa secepatnya. Ramadhan akan segera berganti dengan Syawal yang glamour, namun karena kita ingin menebus kesalahan, kita harus menjalani hari-hari ke depan dengan hati Ramadhan. Hati yang lebih berpuas diri dengan keapaadaan, hati yang lebih ingin memberi, hati yang ingin selalu memperbaiki diri.

Dan satu-satunya jalan untuk mendapatkan kembali Ramadhan adalah dengan menjalani hari-hari berikut laiknya Ramadhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun