Mohon tunggu...
Nazifpri Etrariadi
Nazifpri Etrariadi Mohon Tunggu...

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Andalas tahun masuk 2018

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Adikku dan BPJS Kesehatan

22 Desember 2018   14:53 Diperbarui: 22 Desember 2018   15:06 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : ReseachGate

Saya akan mencoba sedikit bercerita bagaimana BPJS Kesehatan bisa membantu meringankan beban orang tuaku dalam penyembuhan bertahap penyakit yang di derita oleh adik saya. 

Sudah sejak lahir, adik saya mengidap sebuah penyakit yang aneh sekali. Lengannya mengalami pembengkakkan, semakin bertambah usianya, bengkak di lenganya makin besar sehingga semakin hari ia semakin sering mengalami kelelahan. Entah apa penyakit yang ia derita, orang tua saya pun kebingungan dibuatnya.

Berbagai usaha yang telah dilakukan oleh orang tua saya saya untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Mereka memulai dari mencoba pengobatan alternatif, karena memang tidak memakan biaya yang terlalu menguras kantong. Namun, setelah banyak mencoba berbagai pengobatan alternatif, hasil yang didapat pun masih nihil.

Akhirnya dengan secara terpaksa, orang tua saya akhirnya mencoba yang menurutnya adalah cara yang terakhir. Apalagi kalau bukan pergi ke  tempat pelayanan kesehatan. Karena  aturan yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 yang mengamatkan bahwa setiap Warga Negara Indonesia (WNI) wajib menjadi peserta BPJS. Maka sebagai WNI yang baik, alhamdulillah, seluruh anggota keluarga saya telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.  

Berdasarkan alur prosedur pelayanan yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan, yaitu alur pelayanan kesehatan mesti dimulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, maka orang tua saya pun mencoba untuk memeriksakan kondisi adik saya kepada Klinik di dekat rumah saya. Adik saya pun mendapatkan rujukan ke Fasilitas ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pariaman. 

Hmm... Di sana (RSUD Pariaman), ternyata rumah sakit tersebut belum mampu untuk menangani penyakit yang diderita oleh adik saya. Akhirnyam adik saya dirujuk ke rumah sakit yang fasilitas kesehatannya lebih lengkap, yaitu ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Jamil Padang. 

Setalah mendapat perawatan di sana, kata orang tua saya (karena saya kebetulan saat itu sedang mengikuti lomba) mengatakan adik saya dinyatakan oleh dokter mengidap penyakit AVM. Dalam hati saya pun bertanya-tanya, "AVM itu apa ya?". Setelah saya coba mencari via mbah google, akhirnya saya mendapatkan informasi dari  portal milik kampus saya (Universitas Andalas). Di sana dinyatakan bahwa penyakit AVM (Arteriovenous Malformation atau malformasi arteri-vena) adalah :

AVM merupakan kelainan rangkaian arteri dan vena yang dapat mengganggu sistem sirkulasi darah normal. Arteri dan vena adalah bagian dari sistem peredaran darah. Arteri membawa darah yang kaya oksigen dari jantung ke seluruh tubuh, sementara vena membawa darah yang sedikit oksigen dan banyak mengandung CO2 kembali ke jantung dan paru. AVM dapat timbul di berbagai bagian tubuh tetapi yang sering terjadi adalah di otak dan sumsum tulang belakang. Bagian tubuh lain yang dapat mengalami AVM antara lain adalah hati, ginjal, dan paru-paru.

Hemangioma berbeda dengan AVM. Hemangioma adalah penyakit sejenis tumor jinak. Ia merupakan perbanyakan pembuluh  darah yang tidak terkendali. Ia dapat terjadi pada semua jaringan yang mempunyai pembuluh darah dan pada jaringan lunak. Hemangioma sering terjadi pada anak-anak. Angka kejadian pada  anak-anak berumur satu tahun mencapai 5-10%. Pada bayi-bayi yang dilahirkan prematur dengan bobot badan lahir kurang dari satu kilogram, angka tersebut meningkat menjadi 20-30%. Angka kejadian tertinggi adalah pada ras kulit putih, sementara yang terendah pada ras Asia.

Bagaimana terjadinya AVM masih dalam perdebatan para ahli. Namun mereka yakin bahwa AVM timbul pada saat perkembangan awal janin  atau segera setelah bayi lahir. Hampir semua mereka yang menderita AVM tidak merasakan adanya kelainan atau gejala. Sekitar 12% pasien dari seluruh kasus, mengalami gejala dengan derajat keparahan yang beragam.

Sebagian penderita AVM mengalami perdarahan karena pecahnya pembuluh darah. Sekitar 2-4% pasien dari seluruh kasus AVM setiap tahun mengalami perdarahan.  Umumnya perdarahan yang terjadi tidak parah sehingga sering tidak terperhatikan. Hal ini disebabkan karena tidak ada kerusakan signifikan pada jaringan syaraf. Pada sebagian kasus, perdarahan yang hebat dapat terjadi sehingga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan otak. Pada sebagian kasus lain terjadi kerusakan yang lebih bera

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun