Mohon tunggu...
Pandu Aji Wirawan
Pandu Aji Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Professional Jobless

Suka nulis di beberapa blog, diantaranya ada http://www.panduaji.net yang isinya cuma sekedar catatan perjalanan hidup. Selain itu juga mendokumentasikan tempat-tempat menarik Blitar di https://mblitar.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Di Balik Perjalanan Blogshop Malang Bagian IV

23 Juni 2011   08:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:15 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dian9.multiply.com

Jam sudah menunjukkan pukul 03.00, alarm pun sudah berbunyi. Karena masih ngantuk saya putuskan untuk tidur lagi. Kurang lebih pukul 05.00 saya bangun dan segera bersiap untuk kembali ke Surabaya. Udara di Malang sangat kontras dengan di Surabaya, meski beberapa hari yang lalu Surabaya memiliki udara yang cukup dingin dibanding biasanya. Namun di Malang menunjukkan dingin yang jauh lebih dingin dari di Surabaya. Ketika menyentuh air di kamar mandi, bak air dari dalam freezer. Awalnya kami berniat untuk melakukan olah raga pagi dengan jalan-jalan di sekitar Universitas Brawijaya, namun udara dingin berhasil menahan kami untuk keluar. Alhasil cuma tiduran sambil berautis ria dengan handphone. Hingga akhirnya kuputuskan untuk memberanikan diri mandi. Begitu air menyentuh kulit, sangat terasa dingin sekali, beberapa menit setelah mandi saya sudah tidak merasa kedinginan lagi. Justru sebaliknya, saya merasa hangat. Gak nyesel deh mandi jam setengah 6. Kami berencana untuk kembali ke Surabaya pada pukul 08.00 sehingga bisa mampir di beberapa tempat yang akan kami lalui, rencana tersebut berubah setelah seorang teman ingin bertemu kami setelah jam kuliah pagi di Universitas Muhammadiyah. Pukul 06.00 teman saya meminjam motor untuk ke kampus dengan alasan mengambil laptop. Saya pun titip dibelikan bensin sekalian agar nanti tidak perlu mampir ke pom bensin. Begitu teman saya kembali dari kampus, saya mendapatkan cerita yang membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Teman saya yang bernama Iput tersebut bercerita ketika ingin mengisi bensin untuk motor saya. Ternyata dia kesulitan untuk membuka jok motor. Alhasil dia pulang dengan rasa malu dan tanpa mengisi bensin. Kunci jok motor tidak berada di belakang, namun menjadi satu di depan. Namun ketika dia membuka di kos, jok dengan mudah terbuka. Mungkin memang saya harus mampir pom bensin untuk mengisi sendiri. Pukul 07.00 saya berpamitan dan pergi meninggalkan kos saya, karena pukul 09.00 teman saya tersebut juga ada praktikum di kampus. Saya menuju kos teman wanita saya dengan niat menjemput sekaligus sarapan. Sarapan pagi itu saya pilih menu nasi kuning dengan berbagai kelengkapannya. Sudah lama saya tidak makan nasi kuning. Setelah sarapan kami sharing tentang perjalanan semalam dan sebagainya. Hingga akhirnya teman saya yang pulang kuliah datang di Kos guna mengambil undangan reuni sekalian bayar donasi. Sekitar pukul 09.30 kami berangkat menuju kediaman teman saya yang baru. Di daerah Singosari. Cukup jauh dari kampusnya. Saya membayangkan bagaimana dia betah menjalani perjalanan jauh seperti itu setiap hari. Kota Malang memiliki jalan sempit dan macet hampir di tiap sudut. Padahal menurut saya disamping jalan aspal masih ada tanah kosong yang bisa digunakan untuk perluasan jalan. Jaraknya dengan bangunan juga cukup jauh. Ketika sampai dirumahnya yang terletak di belakang kostrad tersebut saya menemukan sebuah template. Template perumahan untuk para tentara zaman kemerdekaan. Rumah yang teman saya tempati saat ini sama persis dengan beberapa tetangga saya yang tinggal di Blitar. Sambil menikmati segelas nutrisari rasa sayur kami bernostalgia masa-masa SD dan membicarakan kabar teman-teman yang lain. Ternyata sudah 7 tahun kami tidak belajar dalam kelas yang sama. Setelah rasa penat dan minum habis saya dan teman wanita saya pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Surabaya. [caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: dian9.multiply.com"][/caption] Kami sempatkan untuk belok istirahat lagi dan menikmati suguhan khas di Malang, tempat itu terkenal dengan nama Bakpao Telo. Tidak banyak sepeda motor yang terparkir, namun cukup banyak mobil dan beberapa bus berjajar. Di sana tersedia bermacam-macam makanan dari telo (singkong). Saya mencicipi beberapa makanan yang tersedia di sana. Mulai dari Burger Telo (Rp. 7.500), Ice Cream Telo (Rp. 3.000 ada juga yang Rp. 4.000), serta Bakpao Telo seharga Rp. 3.000. Sebenarnya masih ingin mencicipi yang lain, berhubung perut sudah tidak dapat menampung lagi. Kripik Telo Ungu menjadi teman melanjutkan perjalanan. [caption id="attachment_115801" align="aligncenter" width="300" caption="Masji Cheng Hoo"][/caption] Perjalanan kami lanjutkan, sekitar setengah 1 kami tiba di Pandaan. Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 12.30, akhirnya kami putuskan untuk mampir Masjid Cheng Hoo untuk sekedar melakukan ibadah sholat Dhuhur. Sebenarnya masjid tersebut tidak terlalu besar, hanya areanya saja yang luas. Masjid dengan gaya arsitektural Cina ini cukup ramai dikunjungi, tidak hanya mereka yang berniat sholat, tapi juga mereka yang hanya sekedar foto-foto. Di perjalanan saya sempat bertanya-tanya, ada apa gerangan di hari Minggu ini jalanan kok sepi? Tak tampak antrian kendaraan. Bahkan di Porong yang biasanya macet dan berjalan pelan-pelan, hari ini bisa sangat lancar tak mengalami hambatan apapun. Hingga akhirnya sampai di pertigaan Japanan handphone saya berdering, teman saya yang mengangkatnya. Telephone tersebut datang dari seorang sahabat yang semalam saya singgahi. Dia memberitahukan bahwa STNK motor yang sedang saya naiki berada di tangannya. Jantung langsung berdetak lebih cepat dari biasanya. Tanpa pikir panjang perjalanan tetap saya teruskan menuju Surabaya. Saya sudah enggan untuk berbalik kembali ke Malang. Karena kalau sore akan mengalami kemacetan yang luar biasa. Alhamdulillah hari itu saya beruntung, meski dengan hati berdebar-debar jika mengingat lokasi yang biasanya ada operasi polisi, ternyata saya tidak bertemu polisi yang sedang melakukan operasi. Bahkan daerah Kota Sidoarjo dan Surabaya yang biasanya macet, hari itu relatif sepi. Polisi pun yang biasanya bertebaran, hari itu tak begitu nampak. Sebenarnya ada apa gerangan? Saya sendiri juga tidak tahu ada apa di hari tersebut. Dengan begitu saya dan teman saya selamat sampai di Surabaya tanpa berhadapan dengan Polisi. Demi keamanan dan kenyamanan, saya mampir rumah dulu untuk bertukar motor dengan saudara. Karena saya masih harus bertanggung jawab memulangkan sang bidadari ke kos-kosannya. Akhirnya sekitar pukul 06.30 sore saya bisa beristirahat di rumah. Tinggal menunggu kiriman STNK yang dibawa teman saya saat ke kampus yang akhirnya dikirim pada hari Selasa dan sampai di tangan saya pada Selasa malam. The End...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun