Mohon tunggu...
Pandu Aji Wirawan
Pandu Aji Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Professional Jobless

Suka nulis di beberapa blog, diantaranya ada http://www.panduaji.net yang isinya cuma sekedar catatan perjalanan hidup. Selain itu juga mendokumentasikan tempat-tempat menarik Blitar di https://mblitar.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terbebas dari Perbudakan Smartphone

28 April 2014   19:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekas Smartphone di zamannya

Sebelum membaca inti dari tulisan ini, mungkin ada baiknya mengetahui sedikit latar belakang saya yang berhubungan dengan alasan saya menulis artikel ini. Saya seorang mahasiswa biasa di salah satu politeknik negeri di Surabaya. Bukan seorang aktivis mahasiswa yang tergabung dalam organisasi-organisasi kampus. Hanya seorang mahasiswa yang tidak memiliki banyak kegiatan di dalam kampus. Selain menjadi seorang mahasiswa, saya merupakan seorang pekerja paruh waktu atau istilah kerennya adalah freelancer. Padahal istilah freelancer ini bisa juga diartikan dengan gelandangan (baca di KKBI arti gelandangan). Saya hanyalah seorang freelancer amatiran yang mendapatkan proyek dari teman-teman dekat. Jadi tidak banyak dicari orang. Mungkin itu sudah cukup untuk jadi landasan tulisan saya ini. Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan seorang adik kelas semasa duduk di bangku putih abu-abu. Kami mengobrolkan banyak hal yang dialami selama 3 tahun ini. Ya, sudah 3 tahun ternyata kami tidak berkomunikasi. Ketika kami asyik bercerita kegiatan masing-masing selama tiga tahun ini, tiba-tiba ada suara yang membuyarkan konsentrasi kami meski suara tersebut tidak terlalu keras. Setelah saya telusuri, ternyata suara berasal dari sebuah gadget canggih sebesar 10 inch yang dimilikinya. Meski mencoba mengabaikan saya yakin bahwa keinginan untuk membuka notifikasi itu sangat besar mungkin karena rasa penasaran, sebenarnya ada notifikasi apa sih? Singkat cerita, notifikasi tersebut berhasil memotong pembicaraan kami meski cuma sebentar, dimana dia melihat notifikasi apa yang baru saja masuk di gadgetnya dan memilih untuk mengabaikannya. Dari situ saya merasa beruntung karena sudah tidak menggunakan smartphone lagi (baca: bosan dengan smartphone). Saya tidak harus terganggu dengan notifikasi-notifikasi yang kurang penting. Selama setahun menggunakan smartphone, tidak semua notifikasi yang saya dapatkan benar-benar harus dibaca saat itu juga. Sebagai solusi mungkin dengan mematikan paket data. Bagi mereka yang sudah berlangganan paket data, untuk apa coba mematikan paket data? Kecuali apabila baterai sedang habis atau sedang berada pada perjalanan cukup jauh naik motor sehingga tidak menggunakan paket data atau yang sedang kehabisan kuota paket datanya. Tetapi bagi mereka yang sedang nongkrong bareng teman-teman, duduk bersantai sambil mengerjakan tugas. Apakah iya tidak akan mengaktifkan paket data apabila berlangganan? Saya percaya, bahwa sebagian besar bilang tidak, karena selama setahun menggunakan smartphone, saya melakukannya :D Kenapa saya gunakan judul "Terbebas dari Perbudakan Smartphone"? Karena saat kami sedang menikmati momen yang terbangun dari awal obrolan harus tertanggu dengan adanya notifikasi tersebut. Untuk kembali meningkatkan moment tersebut, dibutuhkan waktu yang lumayan lama. Gerakan refleknya dalam memastikan notifikasi yang masuk merupakan salah satu bentuk perbudakan, dimana seseorang akan serta merta mengacuhkan hal lain begitu ada sebuah notifikasi masuk. Seakan kita dipaksa untuk segera mengetahui apa yang masuk dalam notifikasi tersebut. Padahal terkadang tingkat prioritas notifikasi yang masuk tidak begitu penting. Hal ini juga mengakibatkan banyak orang yang sedang makan bersama malah pada asyik sendiri dengan gadget masing-masing yang terhubung dengan orang-orang yang jauh dari tempat keberadaannya sekarang. Jika ada pertanyaan, lebih tinggi mana prioritas teman yang sedang terhubung di jejaring sosial dengan orang yang sedang bersama kita saat itu? Bayangkan saja apabila kita sedang mengobrol santai dengan teman yang sudah lama tidak ketemu, tiba-tiba terganggu dengan adanya notifikasi dari teman bbm yang baru setengah jam baru ngobrol sepanjang malam membahas hal-hal ringan. Padahal apabila dilihat tingkat prioritasnya, saya pikir teman yang lama tidak bertemu lebih tinggi daripada yang sudah mengobrol semalam. Apalagi jika yang dibicarakan hal-hal ringan semacam say hello, udah makan belum, disana hujan apa enggak. dll Saya merasa merdeka dengan ponsel jadul yang saat ini saya gunakan. Tidak banyak pesan yang masuk apabila tidak ada hal penting karena kecenderungan berkirim hal kurang penting saat ini beralih ke aplikasi jejaring sosial di smartphone maupun aplikasi chating di smartphone yang lebih ekonomis. Selain itu apabila benar-benar ada suatu kepentingan dengan prioritas tinggi, seseorang akan langsung menelpon kita bukan? karena memang telpon merupakan fungsi dasar dari sebuah ponsel. Selama ini bisnis online sambilan saya bisa teratasi dengan langganan koneksi internet yang saya gunakan. Saya hanya membutuhkan waktu-waktu tertentu untuk membuka laptop dan terhubung dengan internet dengan tujuan untuk berhubungan dengan orang-orang yang tidak sedang berada berasama saya. Dengan begitu, saya bisa memutuskan kapan harus berinteraksi dengan orang-orang di jejaring sosial dan kapan harus berinteraksi dengan orang-orang yang sedang berada di sekitar saya. Saya benar-benar merasa bebas dalam menentukannya! Memang dengan smartphone, komunikasi menjadi lebih mudah dan bisa intens. Namun apakah dengan kemudahan dan intensitas komunikasi tersebut membuat komunikasi menjadi efektif? Dari pengalaman yang saya rasakan tidak. Saya tidak bisa menjudge seseorang butuh atau tidak butuh smartphone, karena yang bisa tahu adalah dirinya sendiri. Kalau saya, untuk saat ini belum membutuhkan smartphone :D. [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Bekas Smartphone di zamannya"][/caption] Salam Pandu Aji Wirawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun