Mohon tunggu...
Anggri Kristiyanto Yofen Ndun
Anggri Kristiyanto Yofen Ndun Mohon Tunggu... Administrasi - Pengen Menulis Saja

I Love Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inovasi Model Pengasuhan IPDN dengan Pendekatan Religius dalam Rangka Menciptakan Kader Pamong Praja yang Amanah

21 April 2016   20:12 Diperbarui: 21 April 2016   20:23 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Korup, malas, pelayanan yang buruk dan berbelit - belit, kebiasaan bekerja hanya untuk menyenangkan pimpinan (ABS) merupakan gambaran birokrasi di hadapan masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini didukung juga dengan kasus – kasus yang terbukti dilakukan oleh para pejabat pemerintahan baik, lokal maupun nasional. Data yang diperoleh dari Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Kementerian Dalam Negeri menunjukkan sampai dengan Desember 2015 terdapat 343 Kepala Daerah (provinsi, kabupaten dan kota) yang tersangkut kasus hukum dan sebagian besar tekait masalah pengelolaan keuangan daerah. Ini merupakan gambaran mentalitas dari Aparatur Sipil Negara (ASN) dan sudah menjadi isu umum nasional maupun dunia. Berbagai daya upaya telah ditempuh untuk menekan angka korupsi yang tinggi serta meningkatkan pemerintahan yang berorientasi pelayanan masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai integritas, etos kerja dan semangat gotong royong.

Lembaga pendidikan merupakan wadah yang tepat untuk menanamkan nilai – nilai integritas, etos kerja dan gotong royong. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) sebagai lembaga pendidikan tinggi kedinasan di bawah naungan Kementerian Dalam Negeri yang mencetak kader – kader pamong praja menjadi rahim bagi lahirnya para figur pemerintahan yang berkarakter kebangsaan dengan nilai – nilai tersebut. Sistem pendidikan IPDN adalah dengan menerapkan pola pengajaran, pelatihan dan pengasuhan (JarLatSuh) yang diterapkan sekaligus dengan misi untuk melahirkan kader aparatur pemerintahan yang berwawasan, terampil dan berkepribadian. Seiring dengan perkembangan zaman, perubahan dan inovasi selalu terjadi dalam penerapan sistem jarlatsuh ini untuk memenuhi tuntutan dari kondisi pemerintahan sampai dengan saat ini.

Melihat masalah dalam pemerintahan (birokrasi) Indonesia saat ini sekaligus menjalankan niat kuat Presiden Joko Widodo yaitu dengan revolusi karakter bangsa yang lazim disebut Revolusi Mental, maka sudah menjadi konsekuensi logis bagi IPDN sebagai “dapur”nya Kader Pelopor Revolusi Mental untuk melakukan inovasi – inovasi dalam pola pendidikannya. Salah satunya adalah melalui pola pengasuhan yang diterapkan oleh IPDN dengan tujuan untuk melahirkan aparatur pemerintahan yang disiplin, berkepribadian dan bermoral baik.

IPDN Kampus Sumatera Barat dibawah pimpinan Dr. H. Abdul Malik, MM selaku direktur melalui Kepala Bagian Administrasi Keprajaan, Syamsu Khoirudin, S.STP, M.Si telah melakukan sebuah gebrakan baru dengan menciptakan sebuah inovasi baru dalam pola pengasuhan yang belum pernah diterapkan dalam pola pendidikan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN), Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), IPDN Kampus daerah manapun bahkan oleh Perguruan Tinggi Kedinasan lainnya. Pola pengasuhan dengan Pendekatan Religius merupakan model yang tidak biasa diterapkan oleh jenis Perguruan tinggi kedinasan pada umumnya, pembentukan karakter dan kepribadian lebih ditekankan pada pendekatan militer atau semi militer dengan menanamkan nilai – nilai kedisiplinan, oleh karena itu pola pengasuhan dengan pendekatan religius akan sangat penting menjadi dasar dalam pembentukakan karakter kader aparatur pemerintahan yang bersih, berakhlak mulia dan takut akan Tuhan. Pola pengasuhan ini mulai diterapkan bagi Praja IPDN Kampus Sumatera Barat pada tanggal 28 Maret 2016. Model ini diterapkan dengan menambah jadwal kegitan yang bersifat pengembangan keimanan dan ketaqwaan seperti kegitan bagi praja yang beragama Islam antara lain:

1.  SOWALIWA (Shalat Wajib Lima Waktu)

Kegiatan ini mewajibkan seluruh praja muslim untuk melakukan shalat lima waktu berjama’ah di masjid, jadwal perkuliahan dan pelatihan telah diatur sehingga tidak akan bertepatan dengan waktu shalat, dalam kegiatan pengasuhan apapun ketika Adzan berkumandang maka praja segera menuju masjid untuk melakukan shalat berjama’ah.

2.  SALAMA (Shalawat Jelang Maghrib)

Shalawat Jelang Maghrib dilaksanakan secara bergantian oleh satuan praja (kelurahan), dilakukan selama 20 menit sebelum adzan maghrib.

3.  AL-QUR’AN Every Day

Setiap hari seluruh satuan praja membaca Al-qur’an secara bersama 1 lembar (2 halaman) dengan rincian setiap hari Selasa-Jum’at dilaksanakan setelah shalat isya, sedangkan hari Sabtu-Senin dilaksanakan setelah shalat subuh.

4.  Pelatihan Agama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun