Mohon tunggu...
Nduk Kenuk
Nduk Kenuk Mohon Tunggu... profesional -

Kejujuran&kesetiaan adalah 2 hal yg amat sangat mudah melakukannya. hanya membutuhkan keikhlasan&ketulusan. sayangnya hanya sedikit yang sanggup melakukannya..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jadi Anak Pertama Itu Hebat...

1 Juni 2013   21:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:40 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tiba-tiba dapet inbox di fb dari seorang teman lamaku, mbak Yuli.

“nduk kenuk aku ada satu pertanyaan buat km, kita sama2 sbg anak pertama bgmn rasanya sbg anak pertama ....”

Kayaknya dia masih sedih keingetan ibunya yang baru meninggal sekitar 3 minggu yang lalu. Mbak Yuli anak pertama dari 4 bersaudara. Semua sudah menikah kecuali si bungsu yang masih SMA.

Mungkin mbak Yuli lagi bingung, gimana nasib ayah dan adiknya karena dia dan dua adiknya yang sudah menikah kan nggak tinggal satu rumah sama ayah dan adik bungsunya.

Jadi anak pertama (ini kalau aku lho yaaa), mau nggak mau seperti ada beban tanggung jawab. Nggak nyaman juga sih nyebut beban, sebenarnya bukan beban tapi aku belum nemu kata penggantinya, yang jelas aku nggak pernah merasa terbebani, enjoy aja.

Aku juga merasakan fenomena jadi anak pertama, jiah fenomena..

Tepatnya 2 tahun yang lalu. Kalau dibilang berat, ya lumayan juga. Bapakku sudah pensiun, aku punya adek dua orang, yang pertama masih kuliah jurusan keperawatan dan yang kedua masih SMA. CATET!!! kuliah jurusan keperawatan itu nggak sedikit biayanya, apalagi kalau praktek.Mulai dari biaya praktek, biaya kost sama makan sehari-hari selama 3 bulan ditambah lagi biaya sekolah adek kecil. Sudahlah, mau gimana lagi. Gajiku sebagai seorang editor habis untuk biaya duo kurcaci kecilku itu. Untungnya bapak dan ibu sudah mempersiapkan masa tuanya dengan baik. Uang gaji bapak dulu disisihkan untuk membuat kontrakan, jadi untuk makan kami sehari-hari masih bisa tertutupi.

Selama beberapa bulan itu, aku yang biasanya hobi nabung, tak menyisakan sekeping rupiah-pun di celengan bola-ku. Gondok? Nggak juga, setelah aku menyadari ternyata begini yang bapak rasakan dulu ketika mencukupi kebutuhan pendidikan kami, ditambah lagi biaya makan kami sehari-hari, belum lagi kalau kami merengek-rengek minta sesuatu darinya dan bapak harus berkorban menunda sesuatu yang diingininya demi membahagiakan kami. Mendadak detik itu aku merasa keren. Hahaha..

Tapi disaat yang sama, aku juga kehilangan pacarku. Waktu itu pacarku mengajakku menikah. Aaarrrggghhh.. kepripun? Yang jelas aku nggak bisa meninggalkan keluargaku untuk saat itu. Tabungan aku nggak punya, biaya sekolah duo kurcaci itu gimana kalau aku menikah dan kehidupan keluargaku gimana kalau aku menikah. Aku coba kasih pengertian padanya, untuk saat itu aku belum bisa dan aku meminta waktu setidaknya sampai akhir tahun, sampai adekku lulus kuliah tapi pacarku tak mau menunggu dan aku harus merelakannya pergi. Sedih itu pasti tapi ya sudahlah, mau diapakan lagi.

Seorang anak, laki-laki ataupun perempuan harus bisa menjadi pahlawan untuk keluarganya. Jadi anak pertama itu hebat..

Jadi.. jangan remehkan anak pertama karena anak pertama itu HEBAT.. =D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun