Berbuat baik, hasilnya pasti baik, prinsip pemilik nama lengkap Hj. Sias Mawarni Saputra. Prinsip tersebut sudah ditanamkan kedua orangtuanya sejak ia masih kecil. “Papa saya bilang, saya harus baik sama semua orang. Kalau saya jahat, siapa yang tahu suatu hari mereka lebih sukses daripada saya. Kita nggak boleh beda-bedakan etnis, ras maupun agama. Dengan siapa saja mesti tebar kebaikan,” kata owner es krim Ragusa ini.
Berapi-api, nenek enam cucu ini ber cas-cis-cus dengan Bahasa Mandarin di depan anak asuhnya yang kali ini hanya datang dua orang. Padahal biasanya mereka memenuhi deretan bangku pelanggan restoran. Anak-anak tersebut merupakan warga kampung yang tinggal dibelakang kompleks Plaza Duta Merlin. Sejak jalan pintas menuju plaza ditutup oleh pihak pertokoan, anak-anak harus berjuang sedikit menuju Kedai Ragusa yang ada di lantai lima Plaza Duta Merlin karena harus memutar lewat jalan besar, yang biasanya hanya sepuluh menit ditempuh dengan berjalan kaki menjadi setengah jam lebih.
Walaupun sudah tidak berfungsi sepenuhnya menjadi restoran, Sias dan keempat pegawai setianya tetap sigap demi melayani mereka, para anak asuh, tamu dan pegawai gereja yang makan tanpa ditarik biaya oleh Sias. Berbeda dengan kedai di Jalan Veteran yang memang penuh dengan pengunjung, kedai di Duta Merlin sudah seperti basecamp untuk ibu tiga anak ini. Menuju tokonya harus menyusuri lorong gelap dan gereja sepanjang lorong. Bukan pelanggan yang ia tunggu disini, tapi anak asuhnya yang datang ingin menuntut ilmu. Pernah ia ingin menyudahi kontrak dengan bangunan itu, namun sang suami melarang dan menyadarkannya, bila ia menutup tempat itu, maka apa yang akan terjadi pada anak asuhnya.
“Saya juga pikir, kalau saya tutup kedai ini, anak asuh saya bagaimana. Siapa yang ngajarin mereka. Sekarang ini saja mereka sudah pintar-pintar baca dan nulis huruf Mandarin,” kata dia.
Tak heran banyak orang suka padanya. Sosoknya yang supel, pintar dan berjiwa sosial tinggi sungguh membuat kagum. Kendati ia bergelar dokter gigi, namun bidang pendidikan menjadi pilihannya mengabdikan diri. Istri dari Buntoro Kurniawan ini prihatin dengan nasib anak bangsa yang tidak sanggup mengecap bangku sekolah. Dulu ia pernah bertemu seorang anak yang cerdas namun tak bisa melanjutkan sekolah karena mahalnya biaya.
“Pas saya menuju kesini (outlet) kan hujan dibawah, ada ojek payung anak kecil hampiri saya. Saya tanya kenapa nggak sekolah. Orangtuanyanggak punya biaya lagi katanya, saya biayai tapi dia menolak,” tutur ibu dari Yenni Rita, Wahjudi Saputra dan Silvia Mira.
Terkait hal tersebut, wanita yang masih cantik diusianya yang ke 71 itu memiliki cita-cita mulia ingin mendirikan sekolah gratis untuk anak-anak yang tak bisa melanjutkan sekolah, ia juga ingin terus memberikan les gratis Bahasa Mandarin untuk anak-anak kampung. Doanya terijabah, Masjid di kampung belakang Duta Merlin memberikan ruangan untuk ia mengajar anak-anak kampung sekitar. Ia berharap ilmu yang diterapkannya berguna untuk para tunas bangsa. Terbukti, beberapa murid yang pernah ia didik ketika masih mengajar di beberapa sekolah, dikirim ke Tiongkok untuk mengikuti kontes Bahasa Mandarin.
Sias tidak mengharap balasan apapun, ia hanya berangan generasi muda menjadi manusia yang berpendidikan dan berbudi pekerti yang baik.
Sias Mawarni, guru pendidikan..
Sias Mawarni, guru kehidupan..
(Kenuk Kurniasih)