Mohon tunggu...
Andri Mulyawan
Andri Mulyawan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa International Relation - International Women University || A Feminist || Social - Critic || Nerd

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

LGBT di Indonesia, Kepentingan Politis atau Humanisme?

28 Desember 2017   11:07 Diperbarui: 28 Desember 2017   11:10 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemberitaan di salah satu televisi swasta sempat heboh dengan kasus LGBT, berawal dari Mahkamah Konsitusi yang menolak putusan untuk Pidana LGBT , Namun Pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak permohonan uji materi Pasal 284, Pasal 285, dan Pasal 292 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP), banyak pihak yang salah dalam memahami putusan tersebut, dianggap bahwa LGBT Telah dilegalisasi oleh pemerintah dalam hal ini Mahkamah Konstitusi.

Sebelum kearah penjelasan disana, sebenarnya apa Tujuan LGBT sih di Indonesia? kita masih terlihat sangat samar antara kepentingan politis ataukah memang pure menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, atau Humanisme, kita tidak akan tahu apa yang diinginkan LGBT Movement di Indonesia saat ini, sebenarnya sulit melihat arah tujuannya karena mereka berlindung didalam bendera Humanisme atau Hak Asasi Manusia, namun baunya seperti kepentingan politis agar kehidupan LGBT bisa diterima oleh masyarakat Indonesia melalui "Jalur Regulasi".

Jika tujuan mereka adalah hak asasi manusia dan equality / Kesetaraan ? ada sebuah ironi yang terjadi kemarin di sebuah Acara Televisi di salah satu stasiun televisi Mantan Anchor SCTV, Jeremy Teti berbicara bahwa , "Jika kaum LGBT ingin mempunyai seorang anak, tinggal SEWA RAHIM Perempuan Saja, banyak di Indonesia yang menyewakan Rahim Perempuan" dalam pernyataan Jeremy Teti diatas, sudah jelas bahwa Kepentingan LGBT Untuk bisa diakui di Indonesia sangat tinggi dibanding dengan Humanismenya itu sendiri, mengapa? 

Sebuah indikator kesuksesan negara didalam menjalankan pemerintahannya adalah bagaimana kesetaraan gender dan demokrasi dilindungi oleh pemerintah, dan kesetaraan gender disini adalah peran laki laki dan peran perempuan saling melengkapi serta saling membantu satu sama lainnya tanpa ada diskriminasi gender, jika yang dinyatakan oleh Jeremy Teti tentang Sewa Rahim Perempuan, artinya masih terbilang bahwa Jeremy Teti sudah melenceng daripada prinsip kesetaraan gender dan humanisme , yaitu membendakan manusia. Pelacuran bahkan Human Trafficking sendiri sudah mempunyai undang - undang pidanan bahkan penjualan organ tubuh harus melalui proses medik yang panjang sehingga bisa disahkan atau diperbolehkan, Sewa Rahim Perempuan sama saja seperti Membendakan Perempuan , artinya jika dilihat dari segi humanisme sangat melenceng jauh .Jeremy Teti semakin menegaskan bahwa, LGBT di Indonesia hanyalah mencari kepentingan legalisasi dari pemerintah dengan pernyataan di atas

Jika memang yang dilakukan adalah hal tersebut berarti dampak terhadap gender lain ( Perempuan ) akan menjadi timpang dan tidak setara, Nantinya LGBT terutama Gay hanya membendakan perempuan untuk kepentingan dalam melanjutkan keturunan, begitupun Lesbian pada nantinya jika pernyataan ini menjadi doktrin, para perempuan menyewa laki laki untuk dibuahi oleh spermanya , lalu kemanakah para penggiat LGBT yang selalu membawa bendera Hak Asasi Manusia , Jika pernyataan Jeremy Teti ini menjadi doktrin ? sungguh tidak manusiawi.

mengapa seberlebihan itu? saya akan analisa dari kasus  Gay yang menyewakan rahim terhadap perempuan .. dampaknya sangat buruk bagi perempuan pada nantinya jika doktrin ini tidak segera diklarifikasi oleh Jeremy Teti atau ada perbuatan merevisi pandangan ini, yaitu ada beberapa dampak yang bakal diterima perempuan diantaranya :

1. Seorang Perempuan akan merasakan ikatan batin dengan anak yang dikandungnya, mau tidak mau. karena pada saat proses kehamilan ikatan ibu dan anak akan semakin kuat, artinya dampak psikologis perempuan akan diserang disini.

2. Seorang laki laki tidak akan mengalami proses Pembuahan, Kehamilan, dan Melahirkan didalam tubuh perempuan , Perempuan akan merasakan sakit, lemas, pusing, dan effect effect lain dari kehamilan , belum lagi ada suatu hal yang bakal membuat perempuan merasakan rasa sakit yang teramat sangat ketika mengalami pendaharan, bahkan ancaman kematian ketika proses melahirkan, Sewa Rahim? Sayangnya mereka terutama Jeremy Teti tidak pernah melihat atau menelaah sisi perempuan yang semua resiko akibat kehamilan tidak bisa dibayar dengan nominal uang.

3. Ketika si anak sudah lahir, tanggung jawab sebagai ibu sulit dilakukan oleh seorang pria, sefeminin apapun.. ini karena nantinya akan berdmapak kepada psikologis anak yang dilahirkan dan dirawat oleh pasangan gay, dia akan kehilangan sosok perempuan sejak lahir sehingga tercipta doktrin bahwa laki laki itu bisa berpasangan dengan laki laki, artinya ini yang disebut dengan penyebaran paham LGBT secara struktural.

lalu dengan dampak yang diuraikan diatas, dan kerugian yang dialami perempuan nantinya jika Gay tetap memaksakan untuk menyewa rahim perempuan dan merawat anaknya apa masih relevan mereka bersembunyi di balik topeng Hak Asasi Manusia, Kesetaraan serta Humanisme? 

sayangnya tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun