Untuk ketiga kalinya Warga Negara Indonesia kembali disandera oleh kelompok bersenjata Filipina Abu Sayyaf setelah 14 WNI berhasil dibebaskan oleh otoritas Filipina beberapa bulan lalu. Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyatakan kecaman yang luar biasa terhadap otoritas Filipina. Baru saja beberapa bulan lalu, Indonesia bersama Malaysia dan Filipina telah melakukan pertemuan trilateral di Yogyakarta dan menyepakati untuk meningkatkan pertahanan di wilayah Selatan Filipina itu. Namun mengapa penyanderaan masih terjadi? Apakah kesepakatan tersebut benar-benar dijalankan ataukah hanya sebatas omong kosong belaka?Â
Pemerintah Indonesia melalui kementerian luar negeri terus berkoordinasi dengan pemerintah otoritas Filipina untuk membebaskan ke 7 ABK yang kembali disandera oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Hingga saat ini, Badan Intelijen Negara tengah menyelidiki dimana lokasi pastinya ke 7 sandera ini. Selain itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku telah berkomunikasi dengan Presiden Filipina yang baru, Rodrigo Duterte. Beliau mengatakan bahwa Presiden Duterte akan menyelesaikan masalah ini dengan segera dan akan segera diselesaikan dengan keras.
Masalah diperairan selatan Filipina ini haruslah dengan segera diselesaikan. Harus segera ditemukan solusi agar bagaimana tidak terjadi kejadian yang sama dikemudian hari karena ini bukan merupakan kali pertama kejadian ini terjadi. Apabila ini terus terjadi, keamanan wilayah Filipina akan menjadi buruk dimata dunia. Bukan hanya keamanan wilayah Filipina tetapi keamanan kawasan regional Asia Tenggara juga akan diragukan dunia. Selain itu hubungan negara-negara tetangga dengan Filipina bahkan negara-negara Asia Tenggara akan terganggu mengingat keamanan yang tidak terjaga. Masalah keamanan ini juga dapat menggangu hubungan Filipina dengan Indonesia karena menurut Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan, 96% kebutuhan batu bara untuk listrik di Filipina merupakan hasil impor dari Indonesia. Mengingat begitu ketergantungannya Filipina akan batu bara Indonesia, apa yang akan terjadi apabila Indonesia berhenti mengekspor batu bara ke Filipina karena wilayah perairan yang tidak aman? Filipina harus memastikan keamanan dari wilayah perairannya atau semua kegiatan perekonomian akan sewaktu-waktu diputus hubungannya oleh negara mitra ekonomi dari Filipina.Â
Kelompok bersenjata Abu Sayyaf juga sudah sepatutnya jangan pernah bermain-main dengan Indonesia. Indonesia memiliki armada TNI baik Angkatan Darat, Angkatan Laut, maupun Angkatan Udara yang siap mati demi keamanan dan keselamatan Bangsa dan Negara. Mengingat kejadian ini bukan terjadi di wilayah Perairan Indonesia, Pasukan TNI tidak bisa seenak hati untuk datang dan melakukan operasi militer. Pasukan TNI Indonesia akan siap tempur jika otoritas Filipina mengizinkan Indonesia untuk melakukan operasi militer di wilayahnya. Â
Menurut saya, Presiden Duterte akan segera menggempur pasukan bersenjata Abu Sayyaf mengingat Presiden Duterte adalah sosok pribadi yang keras dan sangat membenci yang namanya pelanggaran hukum. Apabila hal ini benar-benar dilakukan oleh Presiden Duterte, ini akan menjadi siraman positif bagi keamanan di Asia Tenggara dan akan menjadi hal positif di awal pemerintahan Presiden Duterte.
Masalah ini sangat serius jadi semua pihak terkait khususnya Pemerintah Filipina harus benar-benar menghancurkan masalah ini sampai ke akar-akarnya agar tidak tumbuh Abu Sayyaf - Abu Sayyaf baru di Filipina lagi dan mengancam keamanan kawasan regional Asia Tenggara sehingga hubungan ekonomi, sosial dan politik kawasan regional Asia Tenggara dengan dunia akan berjalan dengan baik kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H