Mohon tunggu...
Hendra Saputra
Hendra Saputra Mohon Tunggu... lainnya -

Aku ya aku, nggak akan jadi kamu ataupun dia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rp. 100,-

22 Desember 2011   15:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:53 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lampu hijau di perempatan jalan menyala, kendaraan dari arah timur bergerak maju kearah barat dan selatan. Di lampu merah. jalan sisi selatan tertanda merah. Saatnya berhenti, menunggu. Anak pinggiran langsung menyapu jalanan, mengetuk jendela kaca mobil. Menengadahkan tangan untuk satu dua receh uang.

Untuk makan hari ini, cukup sekali sehari asal bisa makan sudah cukup memuaskan. Lelah segera terbayarkan, bila telah makan. Ditambah kebersamaan memiliki, senasib sepanggungan.

Butuh 1 receh lagi untuk menggenapkan uang Heri dan Tina menjadi sembilan ribu rupiah. Menyanyi sudah, meminta terlaksanakan, tapi tak kunjung pula 1 receh itu terdapatkan. Susahnya mencari uang.

Heri beristirahat, lelah sudah beberapa kali nyanyi tetap saja 1 receh itu tak terpegang. Tina tetap berusaha tanpa patah asanya. Hingga akhirnya,

“Dapeeeett….” serunya saat ia menemukan uang seratus rupiah tergeletak di jalanan.

Uang perakan yang menjadi kunci tak dilecehkan penjaja makanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun