Mohon tunggu...
Pandu T. Amukti
Pandu T. Amukti Mohon Tunggu... Administrasi - Dokter Hewan

I am officially a Veterinarian, writer, reader, listener, and wish to make a happen: Husnul Khotimah in the end :)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Stop, Pemotongan Ternak Betina Produktif!

23 Desember 2018   05:25 Diperbarui: 23 Desember 2018   05:30 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Alloh ta'ala memberikan fitrah kepada setiap makhluk hidup untuk berkembang biak. Melestarikan setiap individu untuk bisa bertahan hidup dan menyelaraskan diri demi keseimbangan alam. Setiap yang hidup memiliki rantai makanan, rangkaian tersebut akan kocar-kacir jika terputus dengan tidak alamiah. Carut-marut apabila tereksploitasi dengan tidak bijak. Morat-marit jika terpotong secara berlebihan.

Sebagai manusia, makhluk yang Alloh ciptakan dengan sebaik-baik penciptaan, yang terkaruniai dengan akal sehat, yang terkodrati dengan keseimbangan nurani dan nafsu. Maka, sudah sewajarnya titah khalifah manusia di muka bumi untuk senantiasa menjaga kemakmuran bumi ini. Bukan menjadi manusia dengan tangan-tangan jahil menyerakahi alam untuk kepentingan perut pribadi atau golongan.

Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pertanian dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewannya mengambil langkah nyata untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan populasi ternak sapi dan kerbau di nusantara ini. 

Larangan pemotongan ternak ruminansia produktif menjadi sebuah terobosan pemerintah agar keseimbangan dan perkembangan populasi bisa terkontrol. UU No. 41 tahun 2014 jo. UU No. 18 tahun 2009 adalah landasan hukum yang menaungi dan mengatur dunia peternakan dan kesehatan hewan.

Mindset sederhana yang bisa ditelaah bersama sebagai masyarakat umum atas adanya pelarangan pemotongan ternak ruminansia produktif ini ialah meminimalisasi angka sapi betina yang masih bisa kawin, bunting, dan beranak. 

Bayangkan saja jika setiap rumah potong hewan (RPH) sehari memotong 3 ekor betina setiap hari, jumlah kabupaten/kota di Jawa Timur ada 38, dengan total data kurang lebih 106 rumah potong hewan. Berarti sehari ada 318 ekor sapi betina yang disembelih, dan itu artinya ada 9540 ekor sapi betina yang dipotong setiap bulannya di Provinsi Jawa Timur. 

Sedangkan, kebutuhan daging sapi akan terus meningkat seiring dengan program swasembada pangan dan daging negeri ini. Jika sapi betina produktif terus-menerus dipotong, lalu siapa yang akan berkembang biak?

Program nasional pencegahan pemotongan betina produktif ini bekerjasama dengan Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam) dan Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) POLRI. Sosialisasi dan pembinaan sudah dilaksanakan di tahun 2017 dan 2018, sedangkan di tahun 2019 mendatang akan dimulai penindakan jika masih ada pelanggaran peraturan di atas.

Adapun segelintir oknum yang masih memiliki dalih untuk memotong ternak ruminansia betina produktif, tidak lain ialah mereka yang memang mendapatkan profit besar dari untaian bisnis penyembelihan tersebut. Sedangkan, mungkin kurang memperhatikan efek jangka panjang yang akan dialami negeri ini. 

Fenomena ini menjadi bukti bahwa kapitalisme sudah jelas merongrong bisnis tidak hanya di pasar modern dan metropolis. Akan tetapi, di kelas pasar hewan pun bermuamalah kini hanya sekedar untung dan rugi, sudah mulai jarang terlihat unsur mencari keberkahan.

Sesederhananya potongan sapi betina produkif mungkin luput dari perhatian kita bersama. Semoga informasi ini menjadi bahan perenungan bersama untuk tidak kita abaikan, karena bukan tidak mungkin jika kita tidak peduli fenomena yang terlihat remeh temeh ini akan menjadi rumit di kemudian hari. Jangan sampai anak dan cucu kita tidak tahu hewan sapi seperti apa dan mereka tidak bisa menemukan sapi karena betina-betinanya tersembelih semua di generasi pendahulunya. Menjadi pelajaran untuk kita bahwa eksploitasi berlebihan, pendayagunaan sumber daya alam yang tidak bijak akan merusak lingkungan, bahkan mengancam kestabilan habitat kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun