betapa, aku ingin bertamu. menjadi kursi malasmu, di teras bata.
kau ke dapur mengambil gelas dan teko bergoyang. bokongmu bergoyang-goyang.
akan kutumpahkan air rebusmu, tepat di saku biasa kausimpan bolpoin.
basah kemejamu gerah celanaku. berjalan kau ke almari dalam kamarmu mengganti kemeja, dengan pelukanku yang tiba-tiba.
lalu remangmu terperangah merah.
serta merta kakiku mengejang, bersama kejang di antara paha--yang memaksaku berlari mengencingi pantalon hitam satu-satunya.
esoknya, aku tak pergi ke sekolah. bertamu lagi ke rumahmu, seperti yang setiap hari kulakukan, dalam kepala.
---------------------
Pondok Indah, Maret 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H