Saya tidak pernah merasakan ketegangan seperti ini sebelumnya. Entah kenapa saya mendadak kehilangan keseimbangan emosi dan kata-kata. Kepercayaan diri saya menguap saat tahu siapa orang yang akan saya ajak bicara, direktur utama di tempat saya bekerja paruh waktu. Sementara saya hanyalah pembantu bagian administrasi yang seringkali tak dianggap keberadaannya. Jelas sekali perbedaan kasta kami.
Sebelumnya saya kerap sekali berinteraksi dengan banyak orang, banyak kalangan, banyak profesi. Saya bicara di depan hadapan banyak orang hampir tanpa cela. Memandu acara yang dihadiri oleh orang-orang yang dianggap penting bagi mereka yang menyebut diri orang biasa. Pengalaman-pengalaman itu tak membantu. Retorika saya surut semrawut di hadapannya. Mataku menatap ke segala arah menghindari pertemuan dengan matanya. Saya mulai ngawur saat akhirnya pembicaraan saya dipotong dengan satu kalimat menggantung olehnya : "Baik, nanti Saya pertimbangkan ..."
Saya tak tahu pasti apa yang akan dipertimbangkannya. Saya tak tahu apa yang dia tangkap dari kalimat-kalimat saya. Saya pun tak dapat mengingat apa saja yang keluar dari mulut saya saat di hadapannya. Mendadak saya minder. Kehilangan kendali terhadap nafas. Lemas. Ternyata saya bukan apa-apa. Belum menjadi apa-apa tepatnya .
-------------------------------------------------------
-AG-
07012010 15:33
Originally post here
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H