Mohon tunggu...
Andi Gunawan
Andi Gunawan Mohon Tunggu... lainnya -

Anak Indonesia dan Tukang Cerita. Untuk kalimat pendek, colek saya di @ndigun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Murtad

16 September 2011   11:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:54 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada suatu lalu, aku adalah anak ibu yang mengimani kesendirian. Sendiri, cukup. Cukup sendiri. Aku hampir tak pernah mempertanyakan atap lain yang menaungi kepala bapakku saat ibuku sendirian. Tak pernah mengeluhkan matahari yang membuatku selalu mengantuk saat aku sendirian. Aku bukan kaum terkutuk.

Pada suatu kekinian, engkau datang. Bagai malaikat bersayap anomali, engkau berbuat baik tiada henti. Bagai bulir yang menetas, mengalir dari puncak gua, engkau meluruhkan keimananku yang sempat serupa batu. Melubanginya hingga dalam. Aku murtad dari kesendirian.

Pada suatu nanti, manakala namamu tak dapat berhenti dalam doa yang kurapal, aku berterima kasih kepada alam. Putaran semesta telah menempatkan aku dan engkau dalam dua pijakan di persimpangan. Aku tahu aku bisa merusak peta yang kaucipta dan memberimu kompas yang hanya menuju ke arahku, tetapi kemudian aku memutuskan mengimani waktu.

[Andi Gunawan, Depok, Juli-Agustus 2011]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun