“Panas banget kamarmu, Ray.” Peluh Diana membasahi kausnya, di punggung. Klik. Kipas angin berputar, pun gairah Rayhan sama kencang, berputar. Sebelah pintu almari terbuka, menutup jendela.
Sapu tangan Rayhan menyeka keringat Diana. Mulai dari kening, mendekati leher. Mendekati dada lalu melantai. Rayhan mendekatkan dirinya, nyaris tak berjarak. Sebuah pagutan menghilangkan jarak mereka. Lembut. Basah.
Tangan Rayhan menelusup ke balik kaus Diana. Ada hangat menjalar di tubuh perempuan itu. Hangat yang tak biasa, yang menyentakkan Rayhan ke dinding kamarnya.
“Kenapa?”
“Aku belum pernah melakukannya.”
“Selalu ada yang pertama, sayang. Tak usah takut.”
“Aku takut aku bukan yang pertama."
“Hah?”
“Namaku Diana, bukan Melisa.” Pandangan Diana mengarah ke sapu tangan di lantai, tajam.
-------------------
-ndigun-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H