Mohon tunggu...
ndeso wong
ndeso wong Mohon Tunggu... -

namung tiyang ndeso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harimau Prabowo dan Fadli Zon Mengaum

1 April 2014   21:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salam Kompasiana dimana saja berada, dalam tulisan kali ini saya masih tertarik membahas masa-masa perpolitikan Negara kita yang semakin panas ini. Ketika kemarin saya dan teman-teman duduk-duduk sambil melihat orang yang lagi membangun rumah, beberapa teman dan salah seorang anggota TNI bersitegang masalah pileg dan capres. Saya Cuma diam saja karena enggak enak hati karena, orang yang masih anggota TNI masih kerabat dekat saya.

Pada intinya om saya yang anggota TNI mengejek PDIP partai yang tidak punya kekayaan sama sekali alias bokek karena iklan di TV saja jarang banget. Tapi teman saya yang satu lagi dengan santai tidak emosianal selalu meladeni om saya dan bilang saat ini yang dibutuhkan rakyat kecil itu bukan partai, semua partai pasti ada plus minusnya tapi masyarakat ingin memilih orang yang bukan dari pejabat atau birokrat karena mereka semua sudah terkenal doyan duit (korupsi).

Saya cuma diam saja karena memang, dari dulu saya netral kalau yang saya anggap baik ya saya pilih walau nantinya saya tahu dia tidak terpilih. Sebenarnya dulu saya lebih memilih Prabowo untuk jadi Presiden sebelum Jokowi muncul jadi DKI-1. Tapi setelah orang gila ini muncul menjadi DKI-1 saya benar-benar tak habis pikir di Indonesia yang sudah hancur ini masih ada orang yang seperti Jokowi. Orangnya tidak pantas jadi pejabat dan tampilannya biasa saja dan kalau orang jawa bilang “Opo onone” (apa adannya) dan hal ini yang menyebabkan orang kecil berani bertemu dan bercanda dengan Jokowi.

Memang sudah jalannya (garis hidupnya) kalau misalkan orang gila ini jadi RI-1, kenapa demikian ? ya karena gara-gara Prabowo dan Fadli Zon sendiri yang melihat sosok Jokowi yang bisa bekerja dengan baik dan tak korupsi maka memilih Jokowi untuk menjadi DKI-1 dan menyebabkan Jokowi tambah bisa di lihat banyak orang sepak terjangnya karena terbukti sudah bisa membenahi Jakarta sedikit demi sedikit dengan menyingkirkan daerah kumuh di pinggir danau untuk tinggal di rusun dan membenahi beberapa danau Jakarta menjadi bersih dan menjadi tempat wisata.

Prabowo dan Fadli Zon seperti memungut ludahnya sendiri ketika mereka berdua mempermasalahkan Jokowi yang baru 1.5 tahun memimpin Jakarta sudah di tinggal nyapres. Mereka berdua sudah tidak ingat lagi bahwa saat itu di solo Jokowi baru memimpin selama 2 tahun dan mereka usung dengan PDIP untuk di jadikan DKI-1. Kalau Prabowo dan Fadli Zon sekarang baru bangun dari mimpinya itu sudah terlambat karena ternyata yang mengaum Harimau betulan. Kalau Prabowo dan Fadli Zon tak segera lari pasti akan terkoyak-koyak jiwa dan raganya oleh Harimau yang mereka besarkan sendiri.

Memang semua Kesatria pantang menyerah jika sudah terjun ke medan pertempuran, apapun akan dilakukan walau nyawa pilihannya. Memang sulit pilihan untuk Prabowo dan Fadli Zon, karena perang yang mereka hadapi tidak memakai senjata atau pedang tetapi lebih mengedepankan mata hati dan kerendahan hati yang semua itu tak bakal di miliki oleh pejabat atau birokrat atau mantan pejabat atau birokrat bangsa ini. Karena masalah mata hati dan kerendahan hati itu merupakan didikan dari kecil dan memang sudah titipan dari Illahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun