Mohon tunggu...
Nden Mas Bei
Nden Mas Bei Mohon Tunggu... Insinyur - Pranata Humas Ahli Madya

ASN Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Skandal Sepakbola: Wasit Bermain Mata, Fair Play di Ujung Tanduk!

15 Oktober 2024   10:26 Diperbarui: 15 Oktober 2024   10:49 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: [Heru Bramoro, ASN Kemenpora RI]

Pendahuluan

Sepakbola, olahraga yang digemari jutaan orang di seluruh dunia, seharusnya menjadi ajang unjuk kebolehan dan sportivitas. Namun, apa jadinya jika integritas dan fair play yang menjadi dasar dari olahraga ini dirusak oleh keputusan kontroversial wasit? Pertandingan antara kesebelasan Indonesia dan Bahrain baru-baru ini menjadi sorotan publik akibat tambahan waktu yang diberikan wasit, yang dianggap tidak masuk akal dan mencurigakan. Apakah ini berbeda dengan pertandingan Gala Desa yang sering kita saksikan di kampung-kampung?



Kronologi Pertandingan

Pertandingan antara Indonesia dan Bahrain berlangsung dengan tensi tinggi. Timnas Indonesia sempat unggul 2-1 hingga menit ke-90. Namun, wasit asal Oman, Ahmed Al Kaf, memberikan tambahan waktu enam menit. Ketika waktu tambahan tersebut hampir habis, wasit tidak juga meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Hingga akhirnya, pada menit ke-90+9, Bahrain berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2 melalui gol Mohamed Marhoon. Keputusan ini memicu protes keras dari kubu Indonesia, termasuk manajer tim yang akhirnya dikartu merah.

Kontroversi dan Dugaan Kecurangan

Keputusan wasit yang memberikan tambahan waktu lebih dari yang seharusnya tanpa adanya insiden yang signifikan menimbulkan kecurigaan. Banyak yang menduga adanya permainan di balik layar yang merusak integritas pertandingan. Apakah ini murni kesalahan wasit atau ada pihak lain yang bermain mata? Pertanyaan ini masih menjadi misteri yang belum terjawab.

Perbandingan dengan Pertandingan Gala Desa

Jika kita bandingkan dengan pertandingan Gala Desa, di mana semangat kebersamaan dan sportivitas masih kental terasa, kasus seperti ini jarang terjadi. Gala desa, meskipun sering diwarnai dengan kericuhan kecil, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai fair play. Pertandingan di tingkat desa biasanya lebih transparan dan jujur, karena semua orang saling mengenal dan menjaga nama baik desa masing-masing. Lalu bagaimana dengan pertandingan Sepakbola di kelas dunia, yang dikenal dengan World Cup? Semestinya jauh lebih fair play dan jauh lebih bermartabat dan modern, sesuai peraturan baku persepakbolaan modern, seperti memakai 'VR', singkatan dari Virtual Reality. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk merasakan dan berinteraksi dengan lingkungan simulasi yang menyerupai dunia nyata atau imajinatif melalui penggunaan headset VR dan kontroler tangan. Dan lalu siapa yang dikatakan lebih modern, Gala Desa atau World Cup? Atau siapa yang lebih dikatakan 'kampungan'?

Reaksi Publik dan PSSI

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, segera merespon dengan mengumumkan resmi dan berkirim surat langsung kepada FIFA, yang meminta investigasi mendalam terkait kejadian ini. Erick menegaskan bahwa FIFA harus memberikan sanksi berat, untuk segera dijatuhkan kepada siapa pun yang terbukti terlibat dalam pengaturan hasil pertandingan. "Memalukan, sungguh sangat memalukan. PSSI pun akan mengusut tuntas peristiwa ini, dan akan menjatuhkan sanksi terberat," tegas Erick.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun