Pendahuluan
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora) telah mengadopsi core values Ber-AKHLAK sebagai bagian dari upaya reformasi birokrasi. Core values ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja aparatur sipil negara (ASN), dan pada akhirnya, meningkatkan tunjangan kinerja. Namun, apakah realitas di lapangan sejalan dengan nilai-nilai yang diusung? Artikel ini akan mengupas tantangan dan realita yang dihadapi Kemenpora dalam mengimplementasikan core values Ber-AKHLAK.
Core Values BerAKHLAK: Apa dan Mengapa?
Core values Ber-AKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi pada pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Nilai-nilai ini diluncurkan oleh Presiden RI sebagai bagian dari strategi transformasi pengelolaan ASN menuju birokrasi kelas dunia. Tujuannya adalah untuk memperkuat budaya kerja yang profesional dan berintegritas, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Implementasi di Kemenpora
Kemenpora telah menggelar berbagai kegiatan untuk menginternalisasi core values Ber-AKHLAK. Salah satunya, seperti apel pagi yang diikuti oleh seluruh pegawai, di mana pentingnya nilai-nilai ini selalu ditekankan. Selain itu, Zainudin Amali, saat menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga, juga mengapresiasi dan mendukung penuh program ini, dengan harapan ASN dapat terus berinovasi dan meningkatkan kinerja.
Tantangan di Lapangan
Meskipun core values Ber-AKHLAK telah diadopsi, implementasinya di lapangan tidak selalu mulus. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:
Budaya Kerja yang Belum Sepenuhnya Berubah: Meskipun ada upaya untuk mengubah budaya kerja, masih ada pegawai yang belum sepenuhnya memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai ini dalam pekerjaan sehari-hari.
Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia seringkali menjadi hambatan dalam pelaksanaan program-program yang mendukung core values Ber-AKHLAK.
Resistensi terhadap Perubahan: Tidak semua pegawai siap menerima perubahan. Ada yang merasa nyaman dengan cara kerja lama dan enggan beradaptasi dengan nilai-nilai baru.
Upaya Mengatasi Tantangan
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Kemenpora telah melakukan beberapa langkah strategis, antara lain:
Pelatihan dan Pengembangan: Mengadakan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan kompetensi dan pemahaman pegawai terhadap core values Ber-AKHLAK.
Monitoring dan Evaluasi: Melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin untuk memastikan bahwa nilai-nilai ini benar-benar diimplementasikan dalam pekerjaan sehari-hari.
Penghargaan dan Sanksi: Memberikan penghargaan kepada pegawai yang berhasil mengimplementasikan core values Ber-AKHLAK dengan baik, serta memberikan sanksi kepada yang melanggar.
Peningkatan Tunjangan Kinerja
Salah satu tujuan utama dari implementasi core values Ber-AKHLAK adalah peningkatan tunjangan kinerja. Dengan kinerja yang lebih baik, diharapkan tunjangan kinerja ASN juga akan meningkat. Namun, peningkatan ini tidak bisa dicapai secara instan. Dibutuhkan waktu dan komitmen dari seluruh pegawai untuk benar-benar menginternalisasi dan mengimplementasikan nilai-nilai ini.
Kesimpulan
Implementasi core values Ber-AKHLAK di Kemenpora merupakan langkah positif dalam upaya reformasi birokrasi. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, dengan komitmen dan upaya yang konsisten, nilai-nilai ini dapat menjadi fondasi yang kuat untuk meningkatkan kinerja ASN, dan pada akhirnya, meningkatkan tunjangan kinerja. Realitas di lapangan mungkin tidak selalu sejalan dengan harapan, namun dengan kerja keras dan dedikasi, perubahan positif pasti bisa dicapai.
Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan gambaran yang jelas mengenai implementasi core values Ber-AKHLAK di Kemenpora. Atau tidak mau disebut sebagai tidak Ber-AKHLAK, sungguh ironis bukan? (Heru Bramoro, ASN dan Ketua Tim RB Sekretariat Deputi 2, Kemenpora RI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H