Jika kita lahir sebelum tahun 90 an pasti tidak asing lagi dulu ketika di sekolah mendengar guru kita tentang era globalisasi. Ketika itu bahkan mungkin guru kita tak bisa membayangkan apa itu globalisasi, bahkan di daerah saya ada plesetan "gombalisasi". Mungkin itu adalah plesetan atau terkaan jika globalisasi adalah omong kosong belaka.Â
Ketika itu saya juga masih belajar di sekolah dasar belum tau maksud ada itu era globalisasi. Puncak euforia menyambut era globalisasi adalah memasuki tahun 2000, dunia menyambut millenium baru.Â
Pada kala itu saya benar-benar tidak tau apa itu globalisasi dan era millenium, semua hanyalah angin lalu seperti halnya plesetan gombalisasi. Tanpa kita tau ternyata dunia telah bergerak lebih cepat dari yang kita bayangkan, kenyataannya dunia sudah sangat maju didepan namun informasi yang saya peroleh masih tertinggal di belakang.Â
Barulah memasuki tahun 2010 baru sadar, ternyata inilah globalisasi. Konektifitas informasi tanpa batas, jaringan internet yang menjangkau hampir seluruh dunia, telepon pintar yang hampir setiap anak muda memiliki, bahkan jual beli dan pembayaran digital yang bisa dilakukan dengan sangat mudah dan menjangkau seluruh dunia.Â
Lonjakan kesadaran tentang globalisasi seamakin berlanjut setelah dunia dilanda pandemi virus covid-19. Konektivitas tanpa batas benar-benar menjadi kenyataan, platform digital benar-benar berkembang pesar dan menghubungkan semua yang ada.
Semua terhubung hanya dengan telepon pintar dan jaringan internet dengan kecepatan tinggi. Semuanya terkoneksi tanpa kita bergerak keluar rumah, belanja, konsultasi dokter, memesan makanan, bayar pajak, membuka rekening bank, rapat perusahaan, dll semua dapat dilakukan dirumah.Â
Ketika itu tersadar, inikah era yang 30 tahun lalu dibicarakan. Era yang dulu tak bisa dibayangkan akan seperti apa dunia. Era pleseran gombalisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H