Di Bilangan Blok M Jakarta yang sekarang mulai menggeliat lagi setelah muncul MRT, ada sebuah kafe unik bernama "The Question Mark". Tidak ada menu di sini. Yang ada hanya selembar kertas kosong dan sebatang pensil di setiap meja. Para pengunjung diminta menulis pertanyaan - apa saja - dan barista akan membuat minuman berdasarkan interpretasi mereka atas pertanyaan tersebut.
Radit, seorang konsultan manajemen yang terkenal dengan kemampuan problem-solvingnya, awalnya menganggap konsep ini konyol. Tapi suatu hari, setelah presentasi yang gagal total, ia tersasar ke kafe ini.
"Pertanyaan Anda?" tanya sang barista, seorang wanita tua dengan rambut putih yang dipanggil Bu Maya.
"Saya bahkan tidak tau apa yang saya mau tanyakan," Radit tertawa getir.
"Ah," Bu Maya tersenyum. "Itu pertanyaan yang sangat bagus."
Lima belas menit kemudian, Bu Maya kembali dengan secangkir minuman berwarna gradasi - dari gelap di dasar hingga jernih di permukaan.
"Apa ini?"
"Ini adalah 'The Unknown' - specialty kami untuk mereka yang berani mengakui bahwa mereka tidak tau apa yang ingin mereka tanyakan."
Radit menyesap minumannya. Rasanya... kompleks. Setiap tegukan memberikan rasa berbeda.
"Aneh ya?" Bu Maya duduk di hadapannya. "Kita menghabiskan begitu banyak waktu mencari jawaban, tapi jarang sekali mempertanyakan pertanyaan kita sendiri."