Mohon tunggu...
Ndaru Hatmoko
Ndaru Hatmoko Mohon Tunggu... Human Resources - HR

Hobi indexing, liat orang beraktifitas di ruang publik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Bias Kognitif di Tengah Tren dan Peristiwa Kontemporer

20 Juli 2023   09:20 Diperbarui: 20 Juli 2023   09:42 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam konteks kehidupan sehari-hari dan peristiwa yang baru-baru ini terjadi, ada banyak bias kognitif yang bermain peran penting. Mengenali dan memahami bias-bias ini dapat membantu kita untuk lebih memahami peristiwa-peristiwa kontemporer dan cara kita memproses informasi.

Anchoring Bias (Efek Jangkar) dapat dengan mudah ditemukan dalam peristiwa seperti negosiasi harga. Misalnya, saat membeli rumah, harga awal yang ditetapkan oleh penjual seringkali menjadi 'jangkar' bagi pembeli, mempengaruhi persepsi mereka tentang nilai rumah tersebut.

Barnum Effect menjelaskan mengapa kita terpesona oleh horoskop atau ramalan yang tampaknya khusus untuk kita, meskipun sebenarnya bersifat umum dan bisa berlaku untuk siapa saja. Tren baru-baru ini seperti popularitas aplikasi ramalan zodiak memperlihatkan kuatnya efek ini.

Availability Heuristic Bias (Ketersediaan Heuristik) adalah kecenderungan kita untuk menganggap sesuatu yang mudah diingat atau dapat dilihat sebagai sesuatu yang lebih umum atau penting. Dalam konteks tren kontemporer, bias ini bisa menjelaskan mengapa kita cenderung lebih memperhatikan isu-isu yang sering muncul di media sosial atau berita, daripada isu yang lebih jarang disorot.

Blind Spot Bias merujuk pada kecenderungan kita untuk tidak melihat bias pada diri sendiri. Misalnya, dalam debat politik atau agama, kita cenderung melihat pihak lain sebagai bias, sementara melihat diri kita sendiri sebagai objektif.

Confirmation Bias (Bias Konfirmasi) adalah kecenderungan kita untuk mencari, menginterpretasikan, dan ingat informasi yang membenarkan pandangan atau keyakinan kita. Ini sering terjadi dalam konteks media sosial, di mana algoritma sering memperkuat bias ini dengan menampilkan konten yang sejalan dengan apa yang kita sukai atau setujui.

Choice-Supportive Bias menjelaskan mengapa kita cenderung merasa lebih positif tentang pilihan yang telah kita buat. Ini dapat dilihat dalam berbagai situasi, dari pembelian produk hingga dukungan politik.

Clustering Illusion merujuk pada kecenderungan manusia untuk melihat pola dalam data acak. Dalam era "big data" dan AI, ini menjadi semakin penting untuk diingat, karena kemampuan kita untuk menemukan pola dapat dengan mudah disalahgunakan.

Bandwagon Bias menjelaskan kecenderungan kita untuk mengadopsi pendapat atau perilaku yang populer atau diterima oleh sebagian besar orang. Ini sering terlihat dalam tren fesyen, musik, atau bahkan opini politik.

Selama pandemi COVID-19, kita juga melihat sejumlah bias kognitif lain muncul dengan lebih kuat. Action Bias (Bias Tindakan) merujuk pada kecenderungan kita untuk melakukan sesuatu daripada tidak melakukan apa-apa, meski mungkin lebih baik tidak bertindak. Contoh nyata dari ini adalah penimbunan barang di awal pandemi.

Negativity Bias (Bias Negatif) adalah kecenderungan kita untuk lebih memperhatikan berita atau informasi negatif. Selama pandemi, ini bisa menjelaskan mengapa berita tentang kasus dan kematian COVID-19 sering mendominasi siklus berita, sementara berita tentang pemulihan atau kemajuan penelitian vaksin mungkin kurang diperhatikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun