Profesi di dunia sangat beragam, banyak memerlukan tekad kuat, daya tahan, dan keberanian. Ribuan polisi, dokter, pemadam kebakaran, dan tim penyelamat berjibaku menolong orang setiap detik. Sebagai lulusan universitas yang menguasai salah satu profesi tersebut, pikiran sering tertuju pada aplikasi pengetahuan praktis. Namun, suatu kejadian dalam praktek bisa merubah hidup dan mengubah sistem nilai serta etika pribadi.
Seorang dokter seringkali menemukan dirinya dalam perjalanan menuju rumah sakit di tengah malam, berusaha memprediksi apa yang akan dihadapi. Pasien terbaring dengan mata tertutup, perasaan bersalah muncul saat mendengar rekan sejawat mengatakan "Tidak ada harapan". Pilihan di depan mata: mematikan alat pendukung hidup dan melepaskan pasien dari penderitaan yang berkelanjutan atau memilih untuk tidak melakukan apa-apa demi menjaga reputasi baik yang telah dibangun selama berpraktek.
Masalah eutanasia ini mengingatkan pada diskusi di masa kuliah. Sikap umumnya adalah melihat jalan keluar seperti itu sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima dan tidak manusiawi. Tetapi apakah masalah ini benar-benar dipertimbangkan secara mendalam sebagai seorang mahasiswa? Jelas, tidak pernah terbayangkan bahwa akan berada di posisi untuk membuat pilihan seperti itu. Dan sekarang, sebagai seorang profesional, apa yang harus dipilih?
Eutanasia diartikan sebagai tindakan membunuh dengan belas kasihan yang membebaskan seseorang dari penderitaan. Definisi ini perlu disempurnakan, mengingat para ahli di Zaman Pertengahan membebaskan pasien mereka tidak hanya dari penderitaan fisik tetapi juga spiritual. Di era modern, kewajiban dokter dibatasi oleh hukum dan di beberapa negara, eutanasia dilarang oleh hukum, kecuali salah satu anggota keluarga meminta permintaan yang kemudian diselidiki lebih lanjut.
Aspek moral dalam keputusan semacam itu beragam. Di satu sisi ada Sepuluh Hukum dari Alkitab, salah satunya menyatakan "Jangan membunuh". Setelah humanisme didirikan sebagai arus filosofis, beberapa orang menganggap eutanasia sebagai kejahatan. Di sisi lain, ada kata-kata Hippocrates yang mendesak untuk membantu yang membutuhkan, terlepas dari posisi mereka di masyarakat. Jika hanya penderitaan yang menunggu seseorang dalam perjalanan singkat menuju kematian, mengapa seorang dokter yang memahami situasi itu membiarkan seseorang disiksa? Bukankah itu lebih kejam daripada membunuh seseorang?
Ini adalah aspek moral dari masalah tersebut, tetapi kode etik profesional membutuhkan tindakan dan pilihan harus dibuat. Hanya setelah mempertimbangkan segalanya dan membuat keputusan yang benar, layak disebut profesional dan dihargai lebih lagi.
Secara lebih luas, perlu dipertimbangkan:
Definisi Eutanasia: Arti eutanasia dalam konteks medis dan etis modern perlu ditentukan lebih jauh. Bagaimana mendefinisikan "membunuh dengan belas kasihan" dalam dunia yang terus berubah?
Hukum dan Regulasi: Hukum dan regulasi di berbagai negara mempengaruhi praktik eutanasia. Proses pengajuan permintaan eutanasia dan penanganan oleh pihak berwenang juga menjadi perhatian.
Aspek Moral dan Etika: Memahami dan menavigasi konflik antara pandangan moral dan etika tentang eutanasia. Peran agama, filosofi, dan humanisme dalam membentuk pandangan tentang eutanasia.
Peran Dokter: Tugas dokter dalam memutuskan praktik eutanasia. Bagaimana seorang dokter menyeimbangkan tuntutan profesi, keyakinan pribadi, dan kebutuhan pasien?
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!