Dalam dekade terakhir, kita telah menyaksikan transformasi besar-besaran di dunia kerja. Digitalisasi, otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan berbagai teknologi lainnya telah mengubah cara bisnis beroperasi dan menciptakan pasar kerja yang sangat berbeda dibandingkan sebelumnya. Menurut laporan dari McKinsey Global Institute, sekitar 375 juta pekerja di seluruh dunia harus beralih keterampilan atau beralih pekerjaan pada tahun 2030 akibat otomatisasi dan perubahan teknologi . Ini mencerminkan betapa pentingnya bagi pencari kerja untuk memahami risiko karir dan bersiap menghadapi disrupsi di era digital.Â
Perubahan Industri yang Cepat, Digitalisasi dan otomatisasi telah mengubah banyak industri. Pekerjaan yang dulu diisi manusia kini dilakukan oleh mesin atau software cerdas. Pekerjaan-pekerjaan di bidang manufaktur, administrasi, bahkan layanan pelanggan kini lebih rentan terhadap disrupsi teknologi. Banyak profesi yang dulunya dianggap stabil kini menghadapi ketidakpastian, dan tren ini diperkirakan akan terus meningkat. Sebagai contoh, sektor perbankan dan keuangan mengalami disrupsi besar dengan hadirnya teknologi fintech. Banyak pekerjaan tradisional di bidang perbankan yang beralih ke platform digital. Para pencari kerja di industri ini harus beradaptasi atau mencari cara untuk tetap relevan dengan mempelajari teknologi baru seperti blockchain, analitik keuangan, dan manajemen risiko digital.Â
Seorang pencari kerja di Indonesia yang melamar pekerjaan di bidang pemasaran digital, misalnya, kini harus bersaing dengan kandidat dari seluruh dunia yang memiliki kemampuan serupa atau lebih unggul. Globalisasi pasar kerja memperketat persaingan dan membuat para pencari kerja harus memiliki daya saing lebih tinggi. Keterampilan seperti pengembangan website atau pengolahan data yang dulu mungkin menjadi nilai tambah sekarang sudah menjadi standar minimum. Pekerjaan di bidang-bidang teknologi cenderung menuntut pembelajaran berkelanjutan untuk mengikuti perkembangan software, aplikasi, dan platform baru yang terus bermunculan.Â
solusi yang dapat diambil para pencari kerja agar dapat mengurangi risiko ketidakpastian karir. Selain mempelajari coding dan pengembangan software, para pencari kerja juga perlu berinvestasi dalam keterampilan kepemimpinan dan komunikasi efektif. Kombinasi keterampilan teknis dan interpersonal ini akan menjadi kunci keberhasilan dalam karir mereka. Membangun koneksi profesional sejak dini akan sangat bermanfaat, terutama ketika Anda sedang mencari pekerjaan atau ingin beralih karir. Mentor yang baik dapat memberi Anda saran strategis untuk menghadapi tantangan di industri yang Anda pilih.Â
Sebagai contoh, seorang akuntan mungkin perlu mempelajari keterampilan data analitik atau manajemen risiko berbasis digital karena perkembangan di industri keuangan. Fleksibilitas ini memungkinkan pencari kerja untuk tetap kompetitif di tengah perubahan teknologi. Misalnya, seorang pekerja di industri media cetak beralih menjadi spesialis konten digital setelah mengikuti kursus online tentang pemasaran digital. Berkat keterampilan baru yang dipelajarinya, dia mampu mendapatkan pekerjaan di bidang yang sedang berkembang pesat. Dunia kerja di era digital memang membawa ketidakpastian, tetapi juga menawarkan peluang besar bagi mereka yang siap menghadapi tantangan. Dengan mengembangkan keterampilan baru, membangun jaringan yang kuat, dan merencanakan karir dengan fleksibilitas, Anda bisa mengatasi risiko dan mencapai kesuksesan.Â
Sumber: McKinsey Global Institute. (2017). Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation. McKinsey & Company.
Randi, F. (2020). "Peluang dan Tantangan Pekerjaan di Era Digital." Kompasiana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H