[caption id="" align="aligncenter" width="495" caption="http://27.media.tumblr.com"][/caption]
Sabtu malam minggu kemaren seperti biasa saya berjumpa dengan seorang teman sebut saja pak A, kebetulan tiap malam minggu kami ada satu pekerjaan yang harus dilakukan bareng. Usai kerja kamipun ngobrol, kemudian rekan saya ini menceritakan satu hal yang membuat saya sedikit bengong dan kaget.
Temen sekantor pak A yaitu si B ketahuan melakukan korupsi sebesar 39 juta rupiah. Sekedar diketahui si B ini kebetulan saya kenal baik karena dia adalah suami dari temen saya waktu SMA bernama S. Pak A mengatakan awal mula kecurangan B diketahui adalah saat uang yang diterima kantor tidak sesuai dengan yang tertera di laporan keuangan. Dan lucunya lagi adalah lembar laporan yang ditandatangani oleh pimpinan itu ada bekas coretan tepat pada nominalnya (setelah ditandatangi oleh pimpinan nominalnya diganti oleh si B menggunakan bolpoint).
Setelah ditelusuri dan ditemukan bukti-bukti akhirnya si B mengakui bahwa di menggelapkan dana kantornya sebesar 39 juta rupiah dan setelah dinegosiasi akhirnya pihak kantor melunak dan memintanya untuk mengembalikan dalam waktu dekat. Jika tidak maka perkaranya akan dibawa ke pihak kepolisian, dan si B pun menyetujui.
Sayapun jadi inget sama temen saya si S istrinya si B , karena terakhir ketemu dengan saya si S bersama suaminya datang ke tempat saya bekerja untuk meminta surat kehilangan. Dan pada saat itu dia datang membawa sepeda motor yang masih baru. Kemudian si S ini mengatakan bahwa suaminya sekarang sudah naik pangkat (namun ternyata tidak ), makanya dia barusan beli mobil dan 2 motor matic baru keluaran dua pabrik berbeda katanya sih biar tahu bedanya.
Kemudian dia juga bercerita kalo anaknya sekarang dua-duanya dimasukkan di sekolah yang mahal, biaya masuk untuk TK aja 4 juta rupiah, PAUD 2,5 juta rupiah. Dan rencananya akan melanjutkan masuk di SD SBI swasta yang biaya masuknya sekitar 6 juta rupiah (yah kalo  buat saya yang pegawai rendahan ini ya termasuk mahal sekali he he he he).
Masih dengan semangat 45 si S ini berkata pada saya bahwa dia gak biasa belanja di Blitar, karena dia terbiasa pergi ke Kediri atau ke Malang yang ada mallnya. Selain itu dia juga pamer BB barunya dia yang tambah 2 biji , total BBnya, sampe sini saya rada mikir buat apa dia yang ibu rumah tangga dan gak punya bisnis apa-apa punya BB 3 biji? Belum lagi gaya hidupnya yang tiap hari makan di luar, jadi kalo sehari 3 kali ya 3 kali itu mereka sekeluarga makan di luar. Pokoknya buat saya gaya hidupnya terlalu 'wah" deh .
Saya sih cuma membatin aja dan menganggap semuanya wajar pada waktu itu jika suaminya naik jabatan. Memang dari saya kenal si S ini gaya hidupnya mewah, meski orang tuanya sangat sederhana tapi dia gak mau hidup susah dan terlihat gak punya.
Herannya saya kok suaminya itu sampe mau-maunya lho menjerumuskan dirinya ke jurang, buktinya demi menuruti kemauan istrinya rela korupsi bahkan mempermalukan diri sendiri. Akhirnya semua orang kantor suaminya tahu bahwa korupsi itu dilakukan demi sang istri yang pengen jadi orang kaya dan gak mau susah. Dan yang jelas adalah karena takut ditinggalkan oleh si istri saking cintanya. Waduh itukah yang namanya love is blind sodara-sodara?? Jadi disuruh nyemplung sumurpun mau-mau aja dan merelakan dirinya menjadi korban?
Buat para suami, menyayangi dan menghargai istri itu penting dan sebuah keharusan, tapi jagalah wibawa anda sendiri agar tidak kalah dan diinjak-injak harga dirinya oleh istri karena anda berada dalam kendali istri. Apalagi menuruti semua kemauan istri tanpa melihat situasi dan kondisi, hingga akhirnya anda gelap mata dan menghalalkan segala cara untuk bisa menjadi "bertanggung  jawab" memenuhi kebutuhan istri yang terkadang tidak penting.  Jika hati kecil anda mengatakan bahwa itu tidak benar jangan lakukan, bimbing istri anda untuk ke arah yang lebih baik karena itulah tugas anda sebagai pemimpin dalam keluarga.
Dan bagi para istri mari syukuri rejeki yang sudah ada, tahu sih ngomong gampang tapi praktek susah. Tapi kembali lagi ke awal, jika kita sudah menjatuhkan pilihan ya sudah mari diterima dan disyukuri kalo bisa bantu suami biar rejeki lancar bukan malah menjerumuskan. Menuntut tanggung jawab boleh tapi jangan buat suami-suami kita melakukan hal-hal bodoh yang pada akhirnya membuat malu dan merugikan diri sendiri dan keluarga besar.